
Halo Pak Lutfi! Harga Cabai Makin 'Terbang' Tinggi Nih

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bahan pangan strategis cabai mengalami kenaikan yang sangat signifikan saat libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Pedasnya harga cabai di bulan Desember akan mendorong inflasi bulanan yang lebih tinggi.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga minggu ketiga bulan Desember, Bank Indonesia (BI) memperkirakan akan terjadi inflasi sebesar 0,36% (month on month/mom) dan 1,6% (year on year/yoy).
Penyumbang utama inflasi yaitu cabai merah sebesar 0,08% (mtm), telur ayam ras sebesar 0,06% (mtm), cabai rawit sebesar 0,04% (mtm), tomat sebesar 0,03% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,02% (mtm), minyak goreng, jeruk, wortel, dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Mengacu pada data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga cabai di pasar tradisional Tanah Air mengalami kenaikan yang signifikan dalam satu bulan terakhir. Harga si pedas naik lebih dari 30% dibanding bulan lalu.
Untuk cabai merah besar per kilonya dibanderol di Rp 59.600 pada 23 Desember lalu. Hampir menyentuh Rp 60.000/kg. Padahal tepat sebulan sebelumnya harga cabai merah besar masih berada di kisaran Rp 43.250/kg. Artinya dalam kurun waktu 30 hari harga cabai merah telah melesat 38%.
Tak hanya cabai merah besar, harga cabai merah keriting juga melonjak 44% pada periode yang sama. Harga cabai merah keriting sudah tembus level Rp 56.000/kg di pasar tradisional.
Sementara itu harga cabai rawit naik lebih tinggi lagi. Harga cabai rawit merah melesat 45% ke Rp 57.350/kg dan yang paling fantastis kenaikannya adalah harga cabai rawit hijau yang meningkat sampai 52% ke Rp 50.850/kg.
Bahkan di daerah Indonesia Timur, harga cabai sudah melambung tinggi tembus ke level Rp 70.000 - Rp 80.000/kg di pasar tradisional. Produksi tanaman pangan hortikultura yang cenderung berpusat di Pulau Jawa juga menjadi faktor yang memicu terjadinya disparitas harga antara Jawa dengan pulau-pulau lainnya.
Kenaikan harga bahan pangan di akhir tahun memang merupakan suatu faktor musiman mengingat tingginya permintaan saat libur panjang Nataru. Tak terkecuali untuk cabai. Apabila mengacu pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya harga cabai memang rawan meningkat pada periode Oktober-Desember.
Kondisi cuaca hujan yang biasanya datang di kuartal terakhir membuat prospek produksi menurun. Hujan lebat berisiko menyebabkan banjir di lahan pertanian. Lahan yang terendam air berlebihan akan menyebabkan gagal panen.
Faktor musim penghujan juga berpotensi menghambat distribusi komoditas ini. Seringkali cabai yang rentan terhadap kondisi cuaca menjadi banyak yang busuk dan menyebabkan stok menipis. Saat stok di pasaran berkurang dan permintaan naik, di sinilah harga cabai menjadi pedas.
Faktor yang tak kalah penting tersebut adalah tata kelola perdagangan yang mencakup distribusi komoditas pangan dari produsen ke konsumen akhir. Apabila jalur distribusinya bercabang banyak maka bisa dipastikan bahwa harga komoditas yang sampai di tangan konsumen adalah harga yang tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa komoditas bawang merah dan cabai merah memiliki margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) yang tinggi. MPP adalah selisih total antara penjualan dengan pembelian sebagai kompensasi kepada pedagang yang menjadi penyalur komoditas.
MPP cabai merah bahkan mencapai 61,31% pada 2019. Sementara di saat yang sama MPP bawang merah juga mencapai 38,01%.
MPP kedua komoditas hortikultura tersebut jauh lebih tinggi ketimbang komoditas beras (22,34%) dan daging ayam ras (25,53%). Pola perdagangan cabai merah dan bawang merah memang memiliki rantai distribusi yang lebih panjang dari daging ayam ras segar.
Seringnya harga cabai yang mengalami kenaikan fantastis seperti tahun ini menjadi tugas Kementerian Perdagangan untuk mengidentifikasi pemicu dari kenaikan tersebut. Tidak sampai di situ perlu juga upaya untuk menstabilisasinya.
Ini menjadi salah satu tugas bagi Menteri Perdagangan (Mendag) baru yaitu Muhammad Lutfi, sosok yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggantikan Agus Suparmanto.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Cabai 'Ngamuk' ke Rp 100 Ribu, Mendag Ungkap Pemicunya