Waspada, Perayaan Imlek Bisa Bikin Corona Kembali Menggila!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2021 13:10
Tempat Wisata di Perayaan Imlek ditutup karena ramainya Virus corona (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Foto: Tempat Wisata di Perayaan Imlek ditutup karena ramainya Virus corona (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan depan, warga Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh 12 Februari 2021. Sekadar mengingatkan, perayaan Imlek tahun lalu menjadi pangkal merebaknya virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kemudian menjadi pandemi global.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 8 Januari 2021 mencapai 86.749.940 orang. Bertambah 771.527 orang (0,9%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (26 Desember 2020-8 Januari 2021), rata-rata pasien baru bertambah 607.997 orang per hari. Naik dibandingkan 14 hari sebelumnya yang sebanyak 647.819 orang setiap harinya.

Awalnya, virus corona merebak di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Kebetulan penyebaran virus ini berdekatan dengan libur Tahun Baru Imlek yaitu Januari 2020.

Imlek mirip dengan perayaan Idul Fitri di Indonesia. Sebuah hari besar, momentum yang dirayakan dengan mudik ke kampung halaman atau pelesiran ke luar kota bahkan luar negeri.

Pada 2019, pemerintah China mencatat warga Negeri Panda melakukan 2,99 miliar perjalanan. Dari jumlah tersebut, 2,46 miliar dilakukan dengan kendaraan bermotor, 413 juta dengan kereta api, dan 73 juta melalui udara.

Setahun berikutnya, jumlah perjalanan naik menjadi 3 miliar. Dari jumlah tersebut, 2,43 miliar menggunakan kendaraan bermotor, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.

Dari perjalanan inilah virus corona menyebar. Tidak hanya ke penjuru China, tetapi ke berbagai negara.

Apakah tahun ini situasi serupa akan terulang? Bagaimana respons pemerintah China, apakah akan ada pembatasan mobilitas warga?

China Outbound Tourism Research Institute (COTRI) memperkirakan perjalanan turis China ke luar negeri pada 2021 bisa mencapai 100 juta perjalanan. Turun dibandingkan 2019 yang sebanyak 169 juta kunjungan.

"Butuh waktu untuk mengembalikan proses visa dan rute perjalanan kembali seperti dulu, sehingga kami memperkirakan tahun ini hanya akan ada 100 juta kunjungan. Namun pada 2022, sepertinya akan tercipta rekor karena banyak survei menunjukkan tinggnya hasrat turis China untuk pergi ke luar negeri setelah kondisi sudah aman," kata Wolfgang Georg Arit, CEO COTRI, sebagaimana dikutip dari Skift.

Namun untuk Tahun Baru Imlek kali ini sepertinya akan berbeda. Belajar dari pengalaman tahun lalu, pemerintah China kembali memberlakukan pengetatan mobilitas masyarakat meski tidak berlaku secara nasional.

Pekan ini, pemerintah memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di sejumlah daerah di Provinsi Hebei. Mulai Kamis pekan ini, pemerintah melarang warga Kota Shijiazhuang (ibukota Hebei) untuk meninggalkan kota.

Pengetatan pembatasan sosial (social distancing) juga diterapkan di ibu kota negara, Beijing. Pemerintah Kota Beijing meminta warganya untuk tidak meninggalkan kota pada perayaan Tahun Baru Imlek.

Selain itu, pemerintah Kota Beijing juga tidak mengizinkan aktivitas yang menyebabkan kerumunan seperti pasar malam atau pertandingan olahraga. Bioskop, perpustakaan, dan museum masih boleh buka, tetapi dengan kapasitas 75%.

Berbagai pembatasan ini diharapkan mampu mengendalikan pergerakan warga China dalam merayakan Tahun Baru Imlek. Dengan demikian, penyebaran virus corona bisa ditekan sehingga tragedi tahun lalu tidak terulang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular