Internasional

Jack Ma yang Tenggelam dalam Perang Proksi AS-China

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 January 2021 09:50
UN Digital Cooperation
Foto: AP/Richard Drew

Kini, keberadaan Ma menjadi misteri. Berbagai spekulasi bermunculan setelah sejak 10 Oktober 2020, ketika dia berhenti mencuit di Twitter. Pada November, dia membatalkan kehadiran dan perannya sebagai juri acara reality show di Afrika yakni "Africa Business Heroes" yang disponsori Alibaba.

Hilangnya Ma disebut-sebut terkait dengan kritikannya terhadap pemerintah China pada 24 Oktober 2020. Di Bund Summit, konferensi di Shanghai, Ma mengritik regulasi sistem keuangan China (dan dunia) dengan menyebut bank saat ini dioperasikan dengan "mentalitas pegadaian".

Saat itu dia curhat karena sulitnya regulasi perbankan mengakomodir perkembangan fintech. Sebelumnya, Ma juga menyatakan bahwa jika 'bank tidak mau berubah, kami (platform pembayaran digital) akan mengganti bank' dengan imperium digital yang telah dibangunnya.

qSumber: Prospektus

Kritikan itu diberikan beberapa hari sebelum Ant Group menggelar IPO senilai US$ 30 miliar. The Wall Street Journal melaporkan bahwa kritikan itu membuat Xi Jinping gerah, sehingga dia memerintahkan regulator untuk menyelidiki bisnis Ma dan menangguhkan IPO Ant Group.

Alasan yang dipakai, mengutip Bloomberg, adalah peraturan anti-monopoli yang dirilis pada 2 November, guna mengontrol pemodal seperti Jack Ma agar tidak terlalu dominan di perekonomian (digital) China hingga mengancam kekuasan Partai Komunis China (PKC).

Bagi Jim Cramer, analis CNBC International, situasi yang dihadapi Jack Ma ini adalah bukti bahwa rezim komunis Tiongkok adalah ancaman bagi perusahaan bebas dan pasar bebas. Dia mendukung langkah keras Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap China.

Di sisi lain, China sadar bahwa ikhtiar pelonggaran regulasi dan membiarkan kompetisi tanpa banyak aturan memang membawa kemajuan, tetapi berpotensi membuat perusahaan teknologi seperti milik Jack Ma terlalu berkuasa, sesuatu yang sudah terjadi di AS dengan Google, Twitter, dan Facebook.

Sulit untuk tidak melihat kentalnya kepentingan dan pesaingan geopolitik di balik perkembangan industri teknologi dan digital. Pemerintah China menunjukkan bahwa mereka bargaining chip dengan pembatalan IPO Ant Group dan penyelidikan Ma, setelah AS menyidik Huawei.

Harap dicatat. Selain fakta bahwa sepertiga saham Alibaba dipegang warga negara AS dan sekutunya, jejaring bisnis Alibaba dan platform Alipay merupakan agen penting bagi pengusaha AS untuk masuk ke pasar Negeri Tirai Bambu, berjualan perangkat pesawat, kebutuhan rumah tangga, hingga iPhone.

Nasib Ant Financial dan Ma-yang menjadi penghubung China dan Wall Street-memang masih menjadi teka-teki. Namun yang pasti, situasi demikian mengonfirmasi bahwa persaingan AS-China itu benar adanya dan menjepit pelaku usaha rintisan digital seperti Jack Ma.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular