
Jack Ma yang Tenggelam dalam Perang Proksi AS-China

Di kalangan netizen China, beredar kabar bahwa Alibaba sempat memicu risiko kolapsnya pasar saham China pada 2015, setelah pria bernama asli Ma Yun tersebut menggelar IPO Alibaba di bursa New York.
Saat itu Ma disebut-sebut mengatur short selling saham-A di Alibaba dengan George Soros yang nyaris menggoyahkan pasar keuangan China. Hal inilah yang membuat Presiden China Xi Jinping dendam dengan Jack Ma.
Short-selling adalah praktik transaksi saham di mana investor meminjam alias ngutang saham (yang tak dimilikinya dan diyakini akan tertekan harganya) dari perusahaan sekuritas (broker). Saham itu langsung dijual di pasar dengan harga sekarang.
Sang investor menggunakan dana hasil penjualan saham (di harga tinggi) itu untuk kemudian membeli saham yang sama (di harga rendah) di kemudian hari dan langsung dikembalikan ke broker. Selisih dana yang tersisa menjadi cuan baginya.
Namun, tuduhan tersebut tak berbukti karena satu-satunya sanksi terhadap Soros pada 2015 adalah denda US$ 192.000 di bursa Hong Kong karena short selling saham Great Wall Motor. Bukan yang lain.
Minat nge-short saham Alibaba memang naik 2 kali lipat pada semester II-2015, dari hanya 50 juta saham per Juni menjadi 98,1 juta pada Januari 2016. Namun, posisi Soros saat itu adalah jual (bukan beli laiknya praktik short selling), dengan melepas 4 juta sahamnya di Alibaba.
Mengutip Reuters, volume saham yang di-short di pasar itu lebih dari 10% saham beredar Alibaba. Namun, locus delicti-nya di bursa New York, bukan di China sehingga tidak ada risiko sistemik bagi bursa Negeri Panda.
![]() |
Jadi apa yang sebenarnya terjadi?
Merunutnya dengan membaca dinamika yang timbul mengiringi hilangnya Ma. Setelah Ma menabuh "genderang perang" dengan mengritik pemerintah China, Trump pada November meneken Keputusan Presiden yang melarang investasi warga AS ke perusahaan China yang diduga dimiliki atau dikendalikan militer China.
Patuh dengan itu, otoritas bursa New York (NYSE) pada 31 Desember mengumumkan bahwa mereka akan mendepak China Mobile, China Telecom dan China Unicom yang diduga dimiliki oleh pemerintah.
Namun kemarin, semua balik arah. NYSE mencabut rencana itu setelah "konsultasi lebih lanjut" dengan regulator. Saham ketiga perusahaan tersebut pun kompak melesat hingga di atas 7% pada perdagangan awal tahun 2021.
Halaman 3>>
(ags)