Ancaman-Gangguan 2021 Versi Hendropriyono: FPI Hingga Papua

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
05 January 2021 06:00
Detik.com
Foto: Ilustrasi fintech (Detik.com)

Yang terakhir, lanjut Hendropriyono, adalah intervensi luar negeri. Ia kembali mencontohkan kedatangan staf Kedutaan Besar Jerman di Indonesia ke markas FPI di Petamburan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

"Saya dengar Farhan (Anggota Komisi I DPR RI) bilang namanya Suzanne Hall. Tapi juru bicara Kementerian Luar Negeri kok nggak berani sebut Suzanne Hall? Ditanya sama wartawan siapa perempuan itu yang datang ke Petamburan? dia nggak tahu namanya. Kalau Suzanne Hall itu memang intel. Tapi yang jelas namanya ini tidak begitu relevan, yang kita analisa di sini sudah ada permainan barat dan ini kegiatan seperti ini namanya kegiatan subversif," katanya.

Hendropriyono menceritakan, dulu ada peraturan presiden yang khusus mengatur soal subversif. Namun, ketika reformasi digulirkan, beleid itu dihapuskan. Imbasnya, pemerintah tidak punya dasar hukum berupa UU untuk menangkap orang-orang semacam staf Kedubes Jerman di Indonesia.

"Kita mau bikin UU Kamnas (Keamanan Nasional), nggak jadi-jadi sampai sekarang, RUU-nya tetap saja begitu. Saya tidak mengerti kenapa barang yang sudah jadi RUU nggak jadi UU, bisa berhenti. Inilah yang disebut euforia demokrasi itu. Euforia sampai barang yang benar untuk mengawal kita, kita coret tapi nggak ada gantinya," ujar Hendropriyono.

"Nah mereka main di sini. Kenapa dia main? Dia main ini karena dia nggak kebagian investasi, semuanya China. Jadi infrastruktur ini nggak kebagian. Kedua, keinginan dia kita mengikuti negara-negara Arab mengakui Israel, kita nggak mau. Kita bilang kita bebas dan aktif, tapi kenapa kamu anti Israel kan semua negara Arab sudah buka diplomatik," lanjutnya.

Khusus untuk isu Israel, peraih Bintang Mahaputera Adipradana ini menyebut Arab Saudi menunggu langkah Indonesia. Apabila Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel, maka Arab Saudi akan mengikuti.

"Jadi AS marahnya sama kita, bukan sama Arab Saudi. Itu marah. Jadi marahnya dua. Nggak kebagian investasi dan inginnya buka hubungan diplomatik pengakuan Israel dengan ibu kota di Yerusalem, nggak terjadi. Maka dia main sekarang," kata Hendropriyono.

"Saya ditanya, ada buktinya nggak subversif? Saya bilang nggak usah pakai bukti karena di sepanjang sejarah kita juga dia main di Jakarta dan Surabaya. Jadi selalu cari itulah yang kamu sering ngomong perang proxy-perang proxy itu, kita diadu. Makanya dia datang ke Petamburan," lanjutnya.

Oleh karena itu, Hendropriyono bilang, kegiatan subversif menjadi tantangan tahun ini. Sehingga semua pihak harus hati-hati.

Hal lain yang menjadi sorotan Hendropriyono adalah masyarakat di era Revolusi Industri 4.0. Kemajuan teknologi begitu pesat. Salah satu dampak nyata ada di sektor keuangan.

"Saya nggak bisa prediksi waktunya kapan tapi yang jelas China sudah mulai bikin e-finance pakai smartphone. Jadi kalau mau minta kredit nggak usah ke bank, bilang saja saya perlu duit Rp 100 juta buat modal. Siapa yang bisa kasih? Semua bisa. Bunganya berapa? 5%, 3%, 1%? Saya pinjam dari kamu saja yang 1%. Akhirnya semua bank tutup. Itu bisa 2021 tapi yang jelas China sudah mau jalan," kata Hendropriyono.

Ia mencontohkan di Guangzhou, semua itu sudah berjalan. Aktivitas sehari-hari seperti makan di restoran tidak memerlukan uang tunai, melainkan cukup pakai barcode.

"Mudah-mudahan tidak terjadi 2021. Kenapa? Karena Jack Ma ditangkap. Ini Jack Ma kerjaannya nih. Tinggal tiga hari lagi, eh dia pakai ngomong mengkritik kebijakan pemerintah. Namanya pemerintah komunis ya kayak zaman saya dulu bukan komunis zaman kita dulu kita takut juga mengkritik," ujar Hendropriyono.

"Ini juga tantangan karena tidak negatif tapi bisa meruntuhkan juga. Ini kan menantang. Kita harus harusnya cepat bisa mengantisipasi. Kita sendiri harus duluan. Kalau nggak tahu-tahu dia bikin yang lain-lain ketularan semua roboh ini bank, nggak ada bank lagi," lanjut Ketua Senat Dewan Guru Besar Sekolah Tinggi Hukum Militer tersebut.

(miq/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular