Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang peringatan setahun pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani oleh Amerika Serikat pada 3 Januari 2020, tensi Amerika Serikat dan Iran kembali menegang di Teluk Persia.
Kedua negara saat ini saling tuntut atas ketegangan yang mulai meningkat dan dikhawatirkan berpotensi terjadi konflik dalam beberapa hari ke depan.
Dilaporkan CNN, Iran telah mengirimkan surat kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis (31/12/2020) untuk menghentikan kegiatan 'petualangan militer' Amerika di Teluk dan Laut Oman. Kegiatan ini termasuk mengirim pengebom berkemampuan nuklir ke wilayah tersebut.
Pihak Iran menyebutkan mereka tidak menginginkan konflik, namun akan membela diri jika perlu.
Sementara itu, seorang pejabat AS dengan pengetahuan langsung tentang intelijen terbaru mengatakan bahwa beberapa pasukan maritim Iran di Teluk meningkatkan tingkat kesiapan mereka dalam 48 jam terakhir.
Awal pekan ini, pejabat pertahanan mengatakan kepada CNN bahwa intelijen baru mengatakan bahwa Iran telah memindahkan rudal balistik jarak pendek ke Irak.
Kepala pasukan elit militer Quds Iran menyarankan pada hari Jumat bahwa pembalasan atas kejahatan AS mungkin datang dari 'orang-orang dari rumah Anda sendiri.'
Presiden Donald Trump, yang dilaporkan meminta opsi militer untuk menangani Iran pada November, men-tweet minggu lalu bahwa dia akan meminta pertanggungjawaban Iran jika ada orang Amerika yang terbunuh.
Laporan dari media Israel memperkuat laporan surat kabar Arab yang mengutip sumber-sumber AS yang tidak disebutkan namanya. Mengatakan Israel dan Arab Saudi sedang melobi Trump untuk menyerang fasilitas nuklir Iran sebelum dia meninggalkan jabatannya.
Tiga Januari ditakutkan akan menjadi waktu yang diambil Iran untuk melakukan serangan balik ke Amerika. Kekhawatiran itu muncul ketika beberapa analis di Washington berspekulasi bahwa Trump dapat memicu konflik dengan Iran untuk mengalihkan perhatiannya dari kegagalannya dalam pemilihan presiden November lalu.
"Saya benar-benar prihatin bahwa Presiden mungkin berpikir untuk membebani Presiden terpilih Biden dengan semacam operasi militer dalam perjalanan keluarnya," Tom Nichols, pakar urusan internasional yang mengajar di US Naval War College, dikutip dari CNN, Sabtu (2/1/2021).
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif sendiri menuduh pada hari Kamis bahwa Trump menciptakan dalih untuk perang.
Sementara itu, presiden terpilih Joe Biden yang akan segera menduduki White House pada 20 Januari nanti akan memberlakukan kebijakannya terhadap Iran untuk meredakan tekanan yang selama ini dilakukan Trump. Disebutkan bahwa Biden akan melanjutkan kembali kesepakatan nuklir Iran.
"Iran merupakan ancaman nyata bagi keamanan nasional AS, terutama selama periode peningkatan risiko akibat peringatan pembunuhan Soleimani yang akan datang," kata Sam Vinograd, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional dan analis CNN.
"Saya pikir Iran akan mengkalibrasi setiap serangan yang terkait dengan peringatan ini karena mereka tidak ingin menutup diri sebelum Biden menjabat dan seolah-olah memulai kembali negosiasi nuklir yang akan mengarah pada pencabutan sanksi," lanjutnya.
Di sisi lain, Komando Pusat AS mengatakan pekan lalu bahwa serangan di Zona Internasional Baghdad dekat kedutaan AS hampir pasti dilakukan oleh kelompok milisi yang didukung Iran.
Duta besar Rusia untuk Asosiasi Energi Atom Internasional, pada Jumat (1/1/2021) juga mengumumkan Iran akan meningkatkan pengayaan uraniumnya ke tingkat yang dicapai sebelum kesepakatan nuklir 2015. Ini dinilai sebagai langkah provokasi.
Pengganti Soleimani, Jenderal Esmail Ghaani, pada hari yang sama juga menyatakan bahwa mereka yang mengambil bagian dalam pembunuhan dan kejahatan ini tidak akan aman di bumi.
"Apa yang mereka lihat sejauh ini hanyalah sebagian dari balas dendam, tetapi mereka harus menunggu balas dendam yang keras. Waktu dan tempat akan ditentukan oleh Front Perlawanan," tegasnya.
Iran mengimbau Sekretaris Jenderal PBB untuk membantu meredakan ketegangan dan meminta agar AS dibuat untuk mematuhi hukum internasional dan menghentikan destabilisasi seperti di wilayah Teluk Persia.
Surat dari duta besar Iran untuk PBB disampaikan setelah pengiriman persenjataan canggih AS ke wilayah tersebut. Departemen Pertahanan mengirim pembom B52 berkemampuan nuklir ke wilayah itu pada Rabu, setelah sebelumnya mengumumkan transit kapal selam nuklir melalui Teluk.
AS saat ini juga memiliki beberapa kapal perang permukaan di Teluk Persia yang mampu menembakkan rudal Tomahawk dan 40.000 hingga 50.000 personel militer AS yang tersebar di seluruh wilayah, meskipun banyak yang tidak dalam peran tempur langsung, menurut Pentagon.
"Iran tidak mencari konflik, kemampuan dan tekad kami yang teguh untuk melindungi rakyat kami, untuk mempertahankan keamanan, kedaulatan, integritas teritorial, dan kepentingan vital kami serta untuk menanggapi dengan tegas setiap ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap Iran. tidak boleh diremehkan," tulis surat tersebut.
Pejabat AS dengan pengetahuan langsung tentang intelijen terbaru mengatakan beberapa pasukan maritim Iran di Teluk Persia telah meningkatkan tingkat kesiapan mereka dalam 48 jam terakhir.
Dia menambahkan, tidak jelas apakah langkah tersebut bersifat defensif atau merupakan sinyal dari serangan yang tertunda terhadap kepentingan AS.
Pejabat itu mengatakan AS tidak percaya gerakan maritim Iran adalah tipikal pelatihan di laut.