
Duh, Hubungan Turki-AS Diramal Bisa 'Meledak' di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia- Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Turki sempat meningkat selama beberapa waktu. Namun di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump yang akan berakhir Januari 2021 ini, banyak titik terang yang potensial antara sekutu NATOdengan Turki, karena persahabatannya dengan Recep Tayyip Erdogan.
Lalu bagaimana dengan masa Presiden terpilih AS Joe Biden nanti?
Melihat pemerintahan Biden kemungkinan akan ada beberapa dari ketegangan tersebut dapat meledak, namun ada juga peluang untuk rekonsiliasi. Empat tahun ke depan, hubungan Turki dan Washington kemungkinan akan terlihat sangat berbeda dari empat tahun terakhir.
"Satu-satunya hal yang menyatukan hubungan selama beberapa tahun terakhir adalah hubungan pribadi Trump dengan Erdogan," kata Michael Rubin, mantan pejabat Pentagon dan sarjana tetap di American Enterprise Institute dilansir dari CNBC International, Jumat (1/1/2021).
Dia melanjutkan dengan berakhirnya pemerintahan Trump, Erdogan harus khawatir. Karena banyak titik konflik antara Ankara dan Washington, mulai dari geopolitik, aliansi, dan pemerintahan.
Selain isu pelanggaran hak asasi manusia di Turki yang digemborkan partai pendukung Biden Demokrat, adapula masalah pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh Turki yang membuat marah sekutu NATO dan memicu sanksi dari AS.
Kemudian tindakan militernya terhadap sekutu Kurdi Amerika di Suriah utara dan dukungan untuk kelompok ekstremis Islam, yang menurut Ankara bukan teroris dan diperlukan untuk melindungi kepentingannya di wilayah tersebut.
Ada juga tindakan agresif Erdogan melawan Yunani dan Siprus atas sumber daya gas di Mediterania Timur, tuduhan peran Turki dalam membantu Iran menghindari sanksi AS.
Kemudian pangkalan udara Incirlik bersama, di mana Turki menampung sejumlah besar pasukan Amerika, pesawat dan sekitar 50 hulu ledak nuklirnya dan yang diancam oleh Erdogan akan dihentikan jika terkena sanksi AS.
Direktur Prediksi Global di Economist Intelligence Unit, Agathe Demarais, mengatakan baik AS dan Eropa sebenarnya frustasi dengan Erdogan secara pribadi. Erdogan dianggap terlalu yang berani dan berperilaku "tidak menentu" terhadap sekutu dan musuh.
"Ini jalan yang berbahaya," katanya.
"Pemerintahan Biden yang akan datang kemungkinan akan mengambil sikap yang jauh lebih keras terhadap Turki daripada yang telah dilakukan Donald Trump."
Namun hal ini juga menjadi risiko bagi AS jika sampai menghukum Turki. Karena akan mendorongnya lebih jauh ke pelukan Rusia.
"AS seperti menembak dirinya sendiri ... jika ditempatkan di bawah sanksi ketat AS, Turki akan melipatgandakan upayanya untuk memperdalam hubungannya dengan Rusia dan Iran," kata Demarais.
Dengan militer terbesar kedua di NATO dan akses strategis ke operasi Amerika di Timur Tengah, Turki adalah mitra yang diyakini banyak orang bahwa AS tidak boleh kalah dari musuh.
Tidak semua orang melihat masa depan yang mengerikan antara Washington dan Ankara. Turki adalah "mega strategis" untuk AS dan Eropa, tegas Timothy Ash, ahli strategi pasar negara berkembang senior di Bluebay Asset Management.
Dia mengharapkan bahwa Biden akan bekerja keras untuk mencoba dan meningkatkan hubungan dengan Turki dan membawa negara itu kembali ke wilayah Barat.
"Saya pikir penting untuk diingat bahwa dua risiko terbesar bagi AS adalah China dan Rusia," kata Ash.
"Memenangkan' Turki kembali dari Rusia akan menjadi kemenangan besar bagi Biden, dan saya pikir mereka akan fokus pada itu."
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Pemimpin Dunia yang Belum Ucapkan Selamat Kepada Biden