Desember biasanya adalah periode penuh keceriaan dan suka-cita. Hari Natal-Tahun Baru dan musim liburan mendongkrak konsumsi rumah tangga, dunia usaha pun kebanjiran pesanan.
Namun 2020 adalah zaman edan. Virus corona yang mewabah dan menjadi pandemi global mengubah wajah planet bumi.
Untuk meredam penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut, hampir seluruh negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Slogan #stayathome alias #dirumahaja jadi tema utama tahun ini.
Virus akan lebih mudah menyebar dalam kerumunan. Oleh karena itu, masyarakat sebisa mungkin diminta (atau bahkan diperintahkan) untuk tida berkerumun, apapun kondisinya. Ini yang membuat aktivitas di tempat kerja, sekolah, pertokoan, restoran, rumah ibadah, tempat wisata, dan sebagainya dibatasi. Usahakan bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.
Memasuki Desember, pandemi virus corona semakin menggila. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 20 Desember 2020 mencapai 75.098.369 orang. Bertambah 795.942 orang dibandingkan hari sebelumnya. Tambahan pasien positif dalam jumlah tersebut adalah rekor tertinggi sejak virus corona mewabah.
Dalam 14 hari terakhir (7-20 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 638.871 orang setiap harinya. Melonjak cukup signifikan dibandingkan rerata dua pekan sebelumya yaitu 586.806 orang per hari.
Lonjakan jumlah pasien positif membuat sejumlah negara memutuskan untuk memperketat kebijakan pembatasan sosial. Kebijakan ini terpaksa ditempuh karena ada potensi kerumunan atau kumpul-kumpul perayaan Hari Natal dan Tahun Baru.
Di Inggris, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson memperkenalkan zona Tier 4 yang sebelumnya paling mentok Tier 3. Tier 4 menandakan wilayah yang paling parah mengalami 'serangan' virus corona.
Salah satu daerah yang masuk kategori Tier 4 adalah ibu kota London. Di daerah berlabel Tier 4, warga benar-benar diimbau untuk #dirumahaja kecuali bekerja, kepentingan yang maha penting, memenuhi kewajiban hukum, sekolah, atau berolahraga sendiri. Warga yang tinggal di luar wilayah Tier 4 dilarang masuk, dan warga Tier 4 tidak boleh menginap di tempat lain.
Pertemuan di luar ruangan dibatasi, satu orang hanya boleh menemui satu orang. Seluruh kegiatan non-esensial seperti kolam renang, pusat kebugaran, bioskop, arena bowling, rumah judi, bar, salon, dan pusat perawatan harus tutup sementara. Aturan mengenai Tier 4 akan dikaji ulang pada 30 Desember 2020.
Inggris juga tengah menghadapi virus corona jenis baru. Virus ini disebut-sebut 70% lebih mudah menular dari sebelumnya. Oleh karena itu, pemerintah terpaksa mengetatkan social distancing mengingat ada potensi kerumunan dan kumpul-kumpul perayaan Hari Natal-Tahun Baru.
"Kita harus memastikan vaksinasi terus berjalan sehingga membuat masyarakat aman. Mengingat cepatnya penyebaran virus corona varian baru ini, akan sulit untuk mengendalikannya sampai seluruh masyarakat menerima vaksin," kata Matt Hancock, Menteri Kesehatan Inggris, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara di Swedia, pemerintahan Perdana Menteri Stefan Lofven memutuskan untuk menutup perkantoran dan pertokoan non-esensial, pusat kebugaran, perpustakaan, dan sebagainya hingga 24 Januari 2021. Kumpul-kumpul di restoran hanya boleh dihadiri maksimal empat orang. Pemerintah juga menyarankan warga untuk selalu memakai masker di tempat umum jika tidak bisa menjaga jarak.
"Kita harus mau melakukan lebih karena rantai penularan sudah semakin serius. Sistem layanan kesehatan kita ada batasnya,"kata Lofven, seperti dikutip dari Reuters.
Hari Natal yang semestinya penuh keceriaan, suka cita, dan kasih kini berubah menegangkan. Dari sisi ekonomi, Hari Natal juga merupakan momentum peningkatan konsumsi rumah tangga.
Namun jika tidak ada perayaan, tidak ada kumpul, dan penuh keprihatinan seperti ini, mustahil konsumsi bisa terdongkrak. Dunia usaha pun sulit berharap pesanan bakal meningkat.
Akan tetapi, ternyata dian itu tidak padam. Dunia usaha tetap percaya diri bahwa aktivitas manufaktur bakal membaik bulan ini.
Hal itu terlihat dari pembacaan awal atau flash reading aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI). Pada Desember 2020, flash reading PMI manufaktur di berbagai negara menunjukkan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Menariknya, PMI manufaktur Inggris diperkirakan mengalami kenaikan paling tajam yaitu 1,7 poin dari November ke Desember 2020. Padahal sebagaimana diketahui, Inggris adalah salah satu negara dengan jumlah kasus yang tinggi sehingga pemerintah memberlakukan kebijakan social distancing yang lebih ketat.
"Ekonomi Inggris kembali ke teritori positif. Ada sinyal bahwa pukulan terhadap ekonomi di gelombang kedua pandemi virus corona tidak separah gelombang pertama.
"Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) memang masih terjadi, tetapi tidak sebesar sebelumnya. Optimisme dunia usaha terpantau tinggi, cerminan sudah ada cahaya di ujung terowongan seiring dimulainya proses vaksinasi," papar Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Ya, Inggris adalah negara pertama di dunia yang sudah menggulirkan vaksinasi massal. Inggris jadi negara paling awal yang memberikan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization) untuk vaksin buatan Pfizer-BioNTech.
 Sumber: BBC |
Vaksin adalah kunci, senjata utama dalam perang melawan virus corona. Vaksin akan membuat tubuh mampu membangun kekebalan untuk menangkal virus tersebut.
Kala sebagian besar populasi sudah menerima vaksin, maka akan tercipta kekebalan kolektif (herd immunity). Rantai penularan akan terputus, dan pandemi bisa diakhiri. Hidup bakal normal lagi, aktivitas dan mobilitas masyarakat bisa kembali seperti dulu.
"Namun, tantangan dalam jangka pendek masih sangat besar. Aktivitas manufaktur boleh saja semakin membaik, tetapi tidak sektor jasa. Sebab, sektor jasa mengandalkan kontak dan interaksi antar-manusia, yang masih belum bisa normal sepanjang pandemi belum dituntaskan," tegas Williamson.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, berarti dunia usaha percaya diri dan siap melakukan ekspansi. Namun jika masih di 50, maka dunia usaha belum melakuka ekspansi, yang ada malah kontraksi.
Hampir seluruh flash reading PMI manufaktur di berbagai negara sudah di atas 50. Sebaliknya, mayoritas PMI jasa masih di bawah 50. Pemulihan di sektor jasa memang masih tertinggal.
Oleh karena itu, sepertinya kita belum bisa hidup tenang. Selagi pandemi virus corona masih belum dienyahkan, maka aktivitas publik masih akan terbatas dan mempengaruhi kinerja ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA