
Lockdown di Mana-mana, Apa Kata Pengusaha?

Lonjakan jumlah pasien positif membuat sejumlah negara memutuskan untuk memperketat kebijakan pembatasan sosial. Kebijakan ini terpaksa ditempuh karena ada potensi kerumunan atau kumpul-kumpul perayaan Hari Natal dan Tahun Baru.
Di Inggris, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson memperkenalkan zona Tier 4 yang sebelumnya paling mentok Tier 3. Tier 4 menandakan wilayah yang paling parah mengalami 'serangan' virus corona.
Salah satu daerah yang masuk kategori Tier 4 adalah ibu kota London. Di daerah berlabel Tier 4, warga benar-benar diimbau untuk #dirumahaja kecuali bekerja, kepentingan yang maha penting, memenuhi kewajiban hukum, sekolah, atau berolahraga sendiri. Warga yang tinggal di luar wilayah Tier 4 dilarang masuk, dan warga Tier 4 tidak boleh menginap di tempat lain.
Pertemuan di luar ruangan dibatasi, satu orang hanya boleh menemui satu orang. Seluruh kegiatan non-esensial seperti kolam renang, pusat kebugaran, bioskop, arena bowling, rumah judi, bar, salon, dan pusat perawatan harus tutup sementara. Aturan mengenai Tier 4 akan dikaji ulang pada 30 Desember 2020.
Inggris juga tengah menghadapi virus corona jenis baru. Virus ini disebut-sebut 70% lebih mudah menular dari sebelumnya. Oleh karena itu, pemerintah terpaksa mengetatkan social distancing mengingat ada potensi kerumunan dan kumpul-kumpul perayaan Hari Natal-Tahun Baru.
"Kita harus memastikan vaksinasi terus berjalan sehingga membuat masyarakat aman. Mengingat cepatnya penyebaran virus corona varian baru ini, akan sulit untuk mengendalikannya sampai seluruh masyarakat menerima vaksin," kata Matt Hancock, Menteri Kesehatan Inggris, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara di Swedia, pemerintahan Perdana Menteri Stefan Lofven memutuskan untuk menutup perkantoran dan pertokoan non-esensial, pusat kebugaran, perpustakaan, dan sebagainya hingga 24 Januari 2021. Kumpul-kumpul di restoran hanya boleh dihadiri maksimal empat orang. Pemerintah juga menyarankan warga untuk selalu memakai masker di tempat umum jika tidak bisa menjaga jarak.
"Kita harus mau melakukan lebih karena rantai penularan sudah semakin serius. Sistem layanan kesehatan kita ada batasnya,"kata Lofven, seperti dikutip dari Reuters.
Hari Natal yang semestinya penuh keceriaan, suka cita, dan kasih kini berubah menegangkan. Dari sisi ekonomi, Hari Natal juga merupakan momentum peningkatan konsumsi rumah tangga.
Namun jika tidak ada perayaan, tidak ada kumpul, dan penuh keprihatinan seperti ini, mustahil konsumsi bisa terdongkrak. Dunia usaha pun sulit berharap pesanan bakal meningkat.
(aji/aji)