Ekonomi RI Bakal Bangkit! Syaratnya, PSBB Jangan Ketat...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 December 2020 13:48
Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode November 2020. Data ini membawa kabar gembira, bukti bahwa ekonomi dalam negeri mulai bergeliat.

Kita mulai dari ekspor. Nilai ekspor pada November 2020 tercatat US$ 15,28 miliar. Naik 9,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Realisasi ini jauh lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 3,29% YoY. Sedangkan konsensus versi Reuters adalah 2,66% YoY.

Pertumbuhan ekspor yang 9,54% adalah rekor tertinggi sejak Februari 2020. Sementara dari sisi nilai, US$ 15,28 miliar adalah yang tertinggi sejak Juli 2019.

Adalah batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang membuat kinerja ekspor Indonesia melesat. Mengutip data Refinitiv, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) sepanjang November 2020 melonjak 18,06% point-to-point. Dibandingkan dengan posisi akhir November 2019, harga komoditas ini mencatatkan kenaikan 0,86%.

Sedangkan harga CPO di Bursa Malaysia sepanjang November 2020 melesat 9,76% secara point-to-point. Dibandingkan akhir November 2019, harga meroket 20,44%.

Kemudian impor. Pada November 2020, nilai impor tercatat US$ 12,66 miliar. Turun 17,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Impor memang masih terkontraksi, tetapi lebih landai dibandingkan Oktober 2020 yang ambles 26,93%. Kontraksi impor 17,46% YoY adalah yang paling landai sejak Juni 2020. Dari sisi nilai, impor yang US$ 12,66 miliar jadi yang tertinggi sejak Maret 2020.

Dari sisi penggunaan barang, impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal masih terkontraksi masing-masing 22,02% YoY, 20,05% YoY, dan 2,85% YoY. Namun lebih baik ketimbang Oktober 2020 yang negatif masing-masing 27,88%, 47,4%, dan 24,24%.

Impor barang modal yang membaik signifikan membawa harapan bahwa dunia usaha mulai berencana ekspansi. Ini tentu akan mendorong pertumbuhan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi di komponen pembentuk Produk Domestk Bruto (PDB).

So, data dari BPS hari ini memberi gambaran bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 sepertinya bakal lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya yang terkontraksi 3,49% YoY. Bahkan bukan tidak mungkin ekonomi sudah bisa tumbuh positif, tidak minus lagi.

Namun, perbaikan ekonomi Indonesia ada syaratnya. Jangan sampai kasus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) 'meledak' sehingga membuat pemerintah terpaksa mengetatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Masalahnya, tanda-tanda 'ledakan' kasus corona terpampang nyata. Per 14 Desember 2020, jumlah pasien positif corona tercatat 623.309 orang. Bertambah 5.489 orang (0,89%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (1-14 Desember 2020), rata-rata pasien positif corona bertambah 6.030 orang dalam sehari. Jauh lebih tinggi ketimbang 14 hari sebelumnya yang sebanyak 4.874 orang per hari.

DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan kasus tertinggi. Data Kementerian Kesehatan menyebut, jumlah pasien positif corona di Ibu Kota per 13 Desember 2020 adalah 152.499 orang. Bertambah 1.298 orang (0,86%) dibandingkan sehari sebelumnya. Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 1.196 orang per hari.

Tingginya kasus corona, terutama di Jakarta, membuat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyarankan pemerintahan Gubernur Anies Rasyid Baswedan kembali mengetatkan PSBB. Luhut meminta Anies menginstruksikan perkantoran menerapkan 75% kerja dari rumah (work from home).

"Saya juga minta Pak Gubernur untuk meneruskan kebijakan membatasi jam operasional hingga pukul 19:00 dan membatasi jumlah orang berkumpul di tempat makan, mall, dan tempat hiburan," tegas Luhut.

Pada medio September 2020, Anies sempat mengetatkan PSBB Jakarta selama kurang lebih sebulan. Namun waktu yang sebulan itu sudah cukup membuat ekonomi Indonesia menderita.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun dua bulan beruntun pada September dan Oktober gara-gara pengetatan PSBB. IKK baru naik lagi pada November 2020, langsung melesat ke titk tertinggi sejak Maret 2020.

Tidak hanya konsumen, dunia usaha juga 'tiarap' karena pengetatan PSBB. Aktivitas manufaktur yang dicerminkan dari Purchasing Managers' Index (PMI). PMI baru bangkit ke atas 50 (zona ekspansi) pada November 2020.

Nah, kebangkitan ekonomi yang terlihat dari rilis data BPS hari ini bisa terhapus andai PSBB ketat lagi. PSBB memang bisa menyelamatkan nyawa, tetapi harga yang dibayar tidak murah. Ekonomi bakal 'mati suri', pengangguran bertambah, kemiskinan meningkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular