Kemenko: Jangan Cuma Pasar Indonesia, Ayo Incar Pasar RCEP

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
30 November 2020 10:55
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso dalam acara webinar
Foto: Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso dalam acara webinar "Pemanfaatan Kerja sama Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional yang Berkualitas". (Tangkapan Layar)

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah menyatakan Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah setelah Perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) ditandatangani pada 15 November 2020.

Hal tersebut disampaikan dalam Pidato Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang dibacakan oleh Sesmenko Susiwijono Moegiarso dalam Webinar "Pemanfaatan Kerja sama Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional yang Berkualitas", Senin (30/11/2020).

"Namun demikian, selesainya proses panjang perundingan RCEP ini, bukan berarti tugas kita semua sudah selesai namun justru sebaliknya. Kita perlu memastikan agar dunia usaha maupun stakeholders terkait dapat mengerti, memahami dan secara maksimal memanfaatkan apa yang sudah kita sepakati dalam RCEP ini," ujar Susiwijono.

Khusus untuk dunia usaha, Susi menyampaikan pesan bahwa di masa depan, dunia akan semakin terintegrasi. "Untuk itu penting bagi kita, untuk tidak hanya melihat potensi pasar domestik yang sebesar 270 juta jiwa di Indonesia, namun potensi pasar yang jauh lebih besar, yakni 2,2 miliar jiwa di RCEP," ujarnya.

"Dalam kesempatan ini, kami ingin mengajak seluruh stakeholders, baik itu dari pemerintah, kalangan pelaku usaha dan akademisi, untuk saling berkoordinasi dan bersinergi, mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkualitas, melalui implementasi dari perjanjian RCEP ini," ujar Susiwijono.

Pemerintah menyatakan RCEP merupakan blok perdagangan terbesar di Dunia, di luar WTO. Indonesia bergabung dalam RCEP bersama 14 negara lain setelah menandatangani Perjanjian RCEP pada KTT RCEP 15 November 2020 lalu.

"Ini langkah penting bagi Indonesia untuk terintegrasi dalam global value chain. RCEP merupakan kesepakatan trading block terbesar di dunia, yang meliputi 30% dari PDB dunia, 27% dari perdagangan dunia, 29% dari investasi asing langsung, dan 29% dari populasi dunia," ujar Susiwijono.

"Meski India memutuskan belum mau bergabung, RCEP tetap trading block terbesar di dunia. Dengan karakteristik modern dan berkualitas tinggi dan mengutungkan negara secara tinggi," tambah Susi.

Dia menjabarkan perjanjian ini sangat signfikan karena Indonesia akan terintegrasi dengan 14 negara lainnya, yang saat ini menjadi tujuan utama ekspor dengan pangsa pasar 57%. Negara RCEP juga menjadi sumber utama impor bagi Indonesia dengan pangsa pasar 67%

"Negara anggota RCEP juga merupakan sumber utama aliran investasi asing (FDI) ke Indonesia. Pada tahun 2019, 66% FDI yang masuk ke Indonesia berasal dari negara anggota RCEP dimana Singapura, Cina, Jepang, Malaysia dan Korea Selatan merupakan Investor utama di Indonesia," ujar Susiwijono.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kupas Tuntas Peluang & Tantangan Perjanjian RCEP di Event Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular