Mal DKI Sepi Bak 'Kuburan', Dihantam PSBB Hingga Demo Rusuh

Jakarta, CNBC Indonesia - Pusat perbelanjaan atau mal di DKI Jakarta sepi bagai kuburan. Rangkaian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ditambah aksi demo yang belakangan kerap terjadi, kian memperparah bisnis pengelolaan mal.

Ketua Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia DPD DKI Jakarta Ellen Hidayat, buka suara mengenai hal ini. Dia menyebut, tekanan tersebut tengah dihadapi sebanyak 83 anggota yang tergabung dalam asosiasi.

"Jadi pada saat PSBB kita sudah mengalami beberapa kali PSBB. PSBB pertama di bulan April kita juga tutup sekitar 2 bulan lebih, kemudian masuk ke PSBB transisi dan terakhir yang mengagetkan adalah bahwa tiba-tiba istilahnya kita direm ya, direm masuklah kita pada tanggal 14 September sampai 11 Oktober itu adalah masuk ke PSBB yang diperketat," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (16/10/20).

Pilihan Redaksi Ekspansi! Pollux Properties Caplok Perusahaan MI di Singapura Asap Tebal di Summarecon Mall Kelapa Gading, Ada Apa? Ritel di Mal Berdarah-Darah: Terpaksa Jual Online Sampai PHK!

Dalam periode tersebut, restoran tidak diizinkan menyajikan layanan dine in. Selain itu, salon yang sudah buka juga harus kembali tutup.

"Nah ini tentu sangat mengagetkan dan sangat memberatkan bagi semua tenant maupun pusat belanja. Karena selama ini pada saat 15 Juni sampai bulan September itu kami semua sudah berusaha berjuang untuk dapat menaikkan traffic," ujarnya.

Ia menyebutkan, pada saat PSBB transisi traffic untuk pusat belanja rata-rata di 30%-35% saja. Artinya, meskipun dibatasi maksimal diizinkan sampai 50%, pengunjung mal belum mencapai angka 50%

"Pada saat memasuki mulai minggu lalu ya, mau masuki pelonggaran yang kita sebut PSBB transisi maka traffic sama saja kita katakan mulai lagi, mulai pada saat yang diperketat itu hanya sangat rendah sekali ya mal mal sepi itu. Hanya boleh dikatakan sekitar 15% sampai dengan 25%," bebernya.

Artinya, upaya bangkit yang dilakukan mulai dari nol, sama seperti masa PSBB transisi sebelumnya. Bedanya, pada saat PSBB transisi kali ini, upaya tersebut mendapatkan hambatan tambahan mengingat banyaknya demo menolak UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Ciptaker).

"Pada saat sekarang dipulihkan kembali dan kebetulan banyak ada demo, jadi ini mengangkatnya juga sulit sekali. Jadi sekitar saat ini boleh saya katakan traffic untuk pusat belanja baru memasuki antara angka 20-25%," keluhnya.

(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PSBB Ketat Mal Wajib Tutup Jam 7: Pengusaha 'Nangis Darah'!