
Ritel di Mal Berdarah-Darah: Terpaksa Jual Online Sampai PHK!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha di pusat belanja yang berdarah-darah tak hanya restoran tapi juga pelaku usaha ritel. Untuk bertahan, mereka ada yang memilih jualan online sampai harus mengambil langkah terakhir mem-PHK terutama karyawan kontrak.
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Fernando Repi ada langkah-langkah yang membuat ritel dapat bertahan di tengah wabah Covid-19. Sektor mal dan ritel di dalamnya kena imbas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah termasuk Jakarta.
"Untuk mengatasi operasional yang kami keluarkan ada beberapa yang dilakukan khususnya mereka yang di pusat perbelanjaan. Misalnya mengurangi biaya sewa, mengurangi jam lembur, untuk di gerai," ujar Fernando Repi di Jakarta, Jumat (16/10).
Pilihan Redaksi |
Dia mengatakan bahwa untuk non gerai akan diatur dari segi marketing dan mulai mengandalkan platform digital baik dari Facebook, Instagram dan sebagainya. Selain itu langkah pengurangan karyawan kontrak dan inisiatif pengurangan biaya lainnya seperti listrik dan kebijakan lainnya juga harus ditempuh.
Meski merugikan, hal tersebut dilakukan agar ritel tetap bisa bertahan. "Iya ini hanya untuk menyelamatkan peritel agar bisa bertahan," katanya.
Sebagai pelaku usaha yang terdampak parah pandemi, pengusaha ritel dan mal berharap vaksin Covid-19 bisa segera ditemukan dan dilakukan vaksinasi. Cara ini diharapkan bisa segera terjadi pemulihan ekonomi dan bisnis.
"Saya rasa pusat perbelanjaan bisa pulih setelah vaksin dilaksanakan. Jadi ini akan kembali normal," kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APBBI) Alphonzus Widjaja.
Mengenai nasib para ritel di mal, Alphonzus mengatakan tak semua tenant di mal bisa ikut ke ranah online. Itu lantaran beberapa pengunjung tidak hanya ingin belanja saja tapi juga melakukan aktivitas lain di dalam mal seperti makan bersama keluarga atau gym.
Ia meminta kepada pengelola mal anggotanya agar membuat terobosan agar bisa bertahan karena saat ini belanja online sudah menggantikan fungsi belanja di era digital.
"Pengelola harus ada fungsi lain baru diikuti shopping karena ini sudah tergantikan dengan online. Shopping mal jadi tempat untuk berinteraksi secara langsung yang tidak bisa diberikan dunia maya maka shopping mal bisa survive tapi tetap harus memberi alternatif berbeda," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah! Toko-Toko di Mal Banyak Ditutup Hordeng, Bangkrut?