
Berdarah-Darah, Restoran Mulai Eksodus Tinggalkan Mal-Mal

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja mengonfirmasi banyak gerai restoran yang bakal angkat kaki dari pusat perbelanjaan.
Penyebabnya karena pelaku usaha sudah tidak lagi mampu untuk membayar berbagai biaya operasional yang ada. Padahal, sebelumnya gerai restoran lebih memilih hanya menutup sementara.
"Saat ini sudah ada cukup banyak yang memilih untuk tutup secara permanen karena sudah kehabisan kemampuan untuk bertahan. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun nanti akan ada sekitar 20% yang tidak bisa beroperasi kembali atau tutup secara permanen," kata Alponsus kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/10).
Semakin banyak gerai restoran yang pergi, maka pengelola pusat perbelanjaan pun makin terjepit. Padahal pengelola mal membutuhkan pemasukan dari berbagai tenant yang ada. Memang ada pemotongan biaya sewa. Namun itu tidak bisa terus menerus dilakukan. Gerai restoran yang menjadi tenant mayoritas sedang tidak dalam kondisi normal saat ini.
"Banyak Restoran dan Kafe yang produknya tidak bisa dilayani dengan delivery dan take away. Sedangkan kalau dibuka, tingkat penjualan nggak bisa menutup operasional," jelas Alphonsus.
"Sektor usaha Restoran dan Kafe khususnya di Jakarta memang saat ini sedang mengalami kondisi yang sangat berat setelah sebelumnya sempat ada pergerakan pemulihan pada saat PSBB Transisi," lanjutnya.
Jumlah restoran yang berlokasi di Mal-Mal Jakarta sekitar 4.000-an tempat usaha. Sekitar 1.500 di antaranya berpotensi tutup permanen. Hal ini bakal membuat operasional pusat perbelanjaan makin sepi. Pasalnya, sebagian besar tenant yang mengisi di mal berasal dari restoran.
Wakil Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin menyebut perlu ada aksi korporasi bagi pengelola restoran seperti tambahan modal sangat diperlukan bagi para pemegang saham.
Meski demikian, hal itu sangat sulit terjadi dalam waktu dekat, apalagi di tengah bisnis restoran yang kian tidak menentu. Calon investor atau pemegang saham bakal berpikir panjang.
"Harus cari pemegang saham lain, siapa yang mau ikut suntikan dana baru. Mungkin dia sendiri nggak kuat, makanya cari pemegang saham lain. siapa yang join. Atau mungkin Pinjaman bank lain," jelas Emil.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PSBB Ketat Mal Wajib Tutup Jam 7: Pengusaha 'Nangis Darah'!