
Resto Berdarah-Darah, Bertumbangan & Tutup Total Bulan Depan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain akan menutup permanen gerai-gerai di pusat perbelanjaan, pengusaha restoran kini sedang dihadapkan masalah utang yang menggunung. Utang kepada pihak ketiga atau vendor banyak yang tidak mampu dibayar karena terpuruk pandemi covid-19.
Kebijakan larangan makan di tempat atau dine-in yang diterapkan selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat, membuat pengusaha restoran harus memutar otak agar bisnisnya bisa tetap jalan. Namun, banyak juga yang memutuskan memangkas biaya operasional dengan menutup permanen gerai-gerainya.
"Cari uang dulu. Cari partner baru dan macam-macam. Karena utangnya dengan supplier belum selesai, dia selesaikan. Kalau buka dulu, tapi nggak punya uang buat bayar supplier. Supplier minta bayar dulu dong. Kalau nggak, ya supplier nggak mau supply lagi," kata Wakil Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/10).
Selama ini, untuk menghasilkan produk masakan dan disajikan lagi kepada konsumen, pengusaha restoran mendapatkan bahan baku seperti sayuran, daging dan bahan baku lain dari pihak ketiga atau vendor.
Sayangnya, semua rencana tidak berjalan dengan sempurna. Emil mengakui banyak restoran yang menyiapkan bahan baku lebih ketika era new normal sudah digaungkan pemerintah. Ketika itu memasuki PSBB transisi, dimana yang semula restoran dilarang menerima dine-in, saat itu sudah dapat lampu hijau.
Kini, setelah bahan baku tersebut sudah disiapkan, ada aturan anyar yang melarang makan di tempat. Pengusaha restoran banyak yang akhirnya membuang bahan baku tersebut karena busuk setelah lama didiamkan. Kondisi ini makin membuat berdarah-darah.
Kondisi vendor restoran pun demikian, mereka yang semula diproyeksikan menerima uang kembali setelah jangka waktu tertentu, kini harus gigit jari dari bisnis restoran yang tiarap.
"Vendor, waduh banyak yang bangkrut juga vendor-vendor. Ya gimana, dia supply ke orang nggak bayar semua. Bukan 1 atau 2 orang, hitungannya semua nggak bayar. Gimana dia mau hidup juga," sebut Emil Arifin.
Seiring berjalannya waktu, pengusaha restoran pun dikabarkan banyak yang memilih tutup total, dari yang sebelumnya hanya tutup sementara.
"Yang masih bertahan sekalipun berpikir untuk tutup. Karena daripada buka tapi hanya boleh take away, mending tutup sekalian. Dan yang tutup permanen saya perkirakan mungkin di November-Desember tutup itu sekitar 30-40%, dan itu di mal saja," kata Emil.
Adapun saat ini diperkirakan jumlah restoran yang berlokasi di Mal-Mal Jakarta sekitar 4.000-an tempat usaha. Sekitar 1.500 di antaranya berpotensi tutup permanen. Hal ini bakal membuat operasional pusat perbelanjaan makin sepi. Pasalnya, sebagian besar tenant yang mengisi di mal berasal dari restoran.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rugi Rp 1 T, Bisnis Restoran Hancur-Hancuran