
Tanda-tanda Resesi Indonesia yang Kian Dekat
![[DALAM] Resesi](https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/08/15/b4ec13f2-42ff-4723-9ffa-66214d3f216a_169.jpeg?w=900&q=80)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia semakin nyata menuju resesi, terutama setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi -0,05% secara bulanan atau deflasi. Deflasi sudah terjadi selama tiga bulan beruntun. Artinya, kuartal III-2020 sepenuhnya diwarnai oleh deflasi. Kali terakhir Indonesia mengalami deflasi panjang adalah pada Maret-September 1999.
Kelapa BPS Suhariyanto mengatakan ada empat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi. Makanan, minuman, dan tembakau -0,37%, pakaian dan alas kaki -0,01%, transportasi -0,33%, serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan -0,01%.
Fenomena deflasi disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah pasokan yang memadai sehingga tidak menimbulkan tekanan harga."Namun daya beli masyarakat juga rendah, sangat-sangat lemah. Ini ditunjukkan oleh inflasi inti yang terus menurun," kata Suhariyanto belum lama ini.
Selain itu, sepanjang pandemi Covid-19 mobilitas masyarakat pun dibatasi untuk menghindari penyebaran virus lebih luas lagi. Banyak kantor kemudian yang menerapkan bekerja dari rumah, hingga sekolah di rumah.
Akibatnya, tingkat okupansi pun turun dalam beberapa bulan ke belakang, menambah parah tingkat okupansi perkantoran yang sudah memiliki tren menurun dalam beberapa tahun terakhir.
"Dalam 3 tahun terakhir, okupansi memang menurun. Tiga tahun lalu okupansi sekitar 85% atau 86%. Sekarang mendekati 75%. Artinya turun 5-10% dibanding 3 tahun lalu," kata Konsultan Properti dari Savills Indonesia Anton Sitorus kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/9).
Apalagi setelah pandemi ini banyak penyewa kantor yang lebih memilih untuk mempekerjakan pekerjanya dari rumah. Apalagi banyak kasus konfirmasi Covid-19 yang terjadi di perkantoran atau disebut juga sebagai kluster perkantoran. Membuat pemerintah harus mengambil langkah untuk menutup tempat tersebut.
"Akhir tahun lalu 75%. Sekarang okupansi mungkin sedikit menurun jadi 74% atau sekitar segitu. Atau jika dilihat dari vacancy (kekosongan), sebelum pandemi 25%, sekarang mulai naik 26-27% (makin kosong). Contoh di kawasan CBD (Central Business District) 4 tahun lalu sekitar 20%. Akhir tahun lalu 25%. Sekarang 26-27% (makin kosong)," papar Anton.