Jangan Menyerah! Pengusaha Yakin Ekonomi Bangkit 6 Bulan Lagi

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 October 2020 17:07
A car model wears a mask to protect from coronavirus, during the Auto China 2020 show in Beijing on Saturday, Sept. 26, 2020. Ford, Nissan and BMW unveiled electric models with more range for China on Saturday as the Beijing auto show opened under anti-virus controls that included holding news conferences by international video link. (AP Photo/Ng Han Guan)
Foto: AP/Ng Han Guan

Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen bisnis di kawasan Asia pada kuartal III-2020 mulai membaik. Pelaku usaha bahkan mulai memandang positif untuk periode enam bulan ke depan seiring dengan relaksasi pembatasan sosial (social distancing). Namun risiko tetap ada.

Survei yang dilakukan oleh Thompson Reuters dan INSEAD menunjukkan indeks sentimen bisnis Asia berada di posisi 53 pada periode Juli-September. Naik tajam dari posisi sebelumnya yaitu 35, yang merupakan titik terendah terendah dalam 11 tahun terakhir. 

Survei tersebut dilakukan terhadap 103 perusahaan di 11 negara di kawasan Asia Pasifik. Posisi di atas 50 mengindikasikan bahwa sentimen menunjukkan adanya outlook yang positif ke depan. 

Namun di balik sentimen positif tersebut, masih terpendam risiko besar yang dihadapi oleh para pelaku usaha. Lebih dari dua pertiga dari responden yang disurvei mengatakan risiko yang masih dihadapi adalah potensi lonjakan kasus Covid-19.

Seperti yang diketahui bersama, pandemi Covid-19 saat ini masih terus merebak. Bahkan kasus terus bertambah setiap harinya. Jika kasus semakin tak terkendali ada potensi bahwa geliat aktivitas ekonomi bakal direm lagi seperti yang pernah dilakukan pada bulan Maret-Mei lalu.

Risiko lain yang juga dihadapi oleh para pelaku usaha di Asia adalah resesi global. Sebanyak 14% responden mengatakan resesi global menjadi kekhawatiran mereka untuk ke depannya. Sementara sisanya menyebutkan risiko lain termasuk adanya ketidakpastian seputar pemilu AS yang bakal dihelat 3 November nanti.

"Kita pulih dengan dosis ketidakpastian yang besar" kata Antonio Fatas profesor ekonomi di INSEAD Global Business School di Singapura. 

Sebanyak 28% dari perusahaan yang disurvei memiliki outlook positif pada kuartal ketiga ini. Proporsinya naik tajam dari 7,6% pada kuartal sebelumnya. Sementara itu sebanyak 60% dari perusahaan yang mengikuti poling mengatakan tidak merekrut maupun melakukan PHK terhadap karyawan di sepanjang kuartal ketiga.

Hal tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan survei kuartal sebelumnya yang menunjukkan bahwa 63% dari responden mengaku melakukan efisiensi atau pemangkasan tenaga kerja. 

Khusus untuk perusahaan-perusahaan China, risiko juga datang dari hubungan antara Washington dengan Beijing yang tak harmonis. Apalagi momentum saat ini mendekati pemilu AS.

Upaya AS untuk menyingkirkan perusahaan China dari pasar modal mereka sekaligus memblokir perusahaan teknologi Negeri Panda menjadi risiko tersendiri yang dihadapi perusahaan-perusahaan China saat ini, di tengah rebound ekonomi China yang dinilai berhasil dalam menjinakkan pandemi.

Dalam survei tersebut, Reuters & INSEAD menegaskan bahwa meski sentimen bisnis membaik dan risiko masih ada tetap saja kondisi di setiap negara juga berbeda-beda. Beberapa negara di Asia berhasil selamat dari resesi sementara yang lainnya justru tenggelam dalam kontraksi ekonomi.

Asian Development Bank (ADB) melihat Asia akan jatuh ke jurang resesi untuk pertama kalinya sejak enam dekade terakhir. Ekonomi Asia menurut ADB diproyeksikan menyusut ke 0,7% di 2020.

Asia bagian selatan akan menjadi kawasan yang terkena dampak paling parah. India terkontraksi 9% di tahun ini dan hanya China yang diperkirakan bisa tumbuh 1,8%. Sementara, Asia Tenggara akan terkoreksi 3,8%.

Namun ADB juga memperingatkan bahwa pemulihan dapat digagalkan oleh pandemi yang berkepanjangan dan tindakan penahanan yang lebih keras.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Pengusaha Belum Yakin Soal Usia 45 Tahun ke Bawah Boleh Kerja

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular