Vaksinasi Covid-19 Bermasalah, Sentimen Bisnis Balik Arah?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 March 2021 15:17
Ilustrasi Ekspor- Impor
Foto: Ilustrasi Ekspor- Impor (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen di kalangan pelaku usaha global terus membaik. Setidaknya hingga bulan Februari lalu. Ke depan sentimen yang positif bisa berubah menjadi negatif karena vaksinasi Covid-19 yang belum bisa dikatakan berjalan mulus. 

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh IHS Markit terhadap 12.000 perusahaan global pada 2-25 Februari menunjukkan peningkatan signifikan kepercayaan bisnis pada awal tahun.

Optimisme aktivitas bisnis di bulan lalu berada di angka positif 32%, jauh lebih tinggi dari hasil survei sebelumnya yang dilakukan bulan Oktober tahun lalu sebesar 26%. Kenaikan sentimen positif ini sekaligus menandai level optimisme tertinggi dalam tiga tahun terakhir. 

IHS

Negara-negara barat terutama di Eropa seperti Prancis, Irlandia, Italia, Jerman, Spanyol, dan Inggris memimpin rebound dalam tingkat kepercayaan bisnisnya. Hal ini mencerminkan para pebisnis meyakini pengetatan akan segera dilonggarkan.

Perluasan program vaksinasi ke berbagai kelompok usia dan penurunan jumlah kasus dibandingkan tahun lalu mendukung harapan bahwa kontrol ketat pembatasan akan segera mulai dicabut.

Sentimen juga meningkat di Rusia dan India. Di kedua negara tersebut indeks keyakinan bisnisnya mencapai level tertinggi sejak 2014. Optimisme tidak berubah di Brasil, China daratan, Jepang, dan AS, karena sudah menunjukkan adanya peningkatan yang kuat sejak akhir tahun lalu.

Keberhasilan vaksin dan antisipasi bahwa pembatasan akan segera dikurangi juga mendorong rencana perekrutan karyawan di perusahaan-perusahaan tersebut. Perusahaan Inggris adalah yang paling optimis soal penciptaan lapangan kerja, diikuti oleh perusahaan di Irlandia dan Jerman, 

Brasil adalah satu-satunya negara yang mengalami penurunan rencana perekrutan karyawan sejak Oktober lalu.

Belanja modal (capex) yang dianggarkan juga meningkat selama Februari. Sebelumnya belanja modal perusahaan dipangkas akibat pandemi. Namun kini perusahaan menaikkan target belanja modal untuk 12 bulan mendatang.

IHS Markit

Keyakinan untuk menambah anggaran belanja modal mencapai titik tertinggi dalam hampir dua setengah tahun terutama di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris yang sebelumnya berada di zona negatif pada akhir tahun lalu. Sebaliknya, perusahaan di Brazil dan AS merevisi rencana belanja modal mereka.

Perusahaan global semakin bersedia untuk menaikkan pengeluaran  yang dialokasikan ke penelitian dan pengembangan (R&D) selama 12 bulan mendatang.

Sekali lagi, naiknya angka agregat didorong oleh peningkatan yang signifikan di seluruh Eropa, bahkan dengan pesimisme yang masih ada di Prancis. Meski tetap positif, sentimen cenderung melemah di Brasil, India, dan AS.

Kekurangan bahan baku dan disrupsi pengiriman global mendorong ekspektasi inflasi biaya input lebih tinggi selama bulan Februari. Perusahaan memperkirakan tekanan inflasi yang lebih kuat, angka tertinggi sejak krisis keuangan global.

Revisi naik terhadap ekspektasi biaya input tercatat di semua negara kecuali Brasil, Jepang, India, dan Rusia. Perusahaan yakin bahwa sebagian dari kenaikan yang diharapkan dalam beban biaya dapat dibagikan kepada pelanggan dan berniat untuk menaikkan harga jual.

Proporsi terbesar perusahaan yang berencana menaikkan biaya produksi tercatat di Inggris, diikuti oleh Rusia, Irlandia, Brasil, dan AS.

Namun ingat, survei tersebut dilakukan di bulan Februari, ketika vaksinasi belum menemukan permasalahan seperti sekarang. Belakangan ini semakin banyak negara terutama di Eropa yang memutuskan untuk menghentikan sementara vaksinasi Covid-19 menggunakan produk yang dikembangkan oleh AstraZeneca.

Kabar menghebohkan datang dari pengembang vaksin Covid-19 asal Inggris yaitu AstraZeneca. Setelah dilaporkan menimbulkan efek samping yang serius, beberapa negara terutama di Eropa memutuskan menghentikan sementara program vaksinasi yang menggunakan vaksin Oxford dan AstraZeneca.

Di Benua Biru setidaknya ada tujuh negara yang menghentikan sementara vaksinasi Covid-19 yang menggunakan produk AstraZeneca. Negara-negara tersebut antara lain Norwegia, Islandia, Bulgaria, Luksemburg, Estonia, Lituania, dan Latvia.

Sementara itu untuk Austria dan Italia telah mengatakan bahwa mereka akan berhenti menggunakan batch vaksin tertentu sebagai tindakan pencegahan.

Melansir CNBC Internasional, regulator obat Eropa yakni European Medicines Agency (EMA) menekankan bahwa tidak ada indikasi serius dari suntikan vaksin yang menyebabkan pembekuan darah.

EMA mengakui beberapa negara anggota telah menghentikan penggunaan suntikan Oxford/AstraZeneca tetapi mengatakan inokulasi dapat terus diberikan sementara penyelidikan kasus pembekuan darah sedang berlangsung.

Sekitar 5 juta orang di Eropa telah menerima vaksin Oxford/AstraZeneca. Dari angka tersebut setidaknya ada 30 kasus tromboemboli atau pembekuan darah telah dilaporkan.

Peristiwa ini menjadi ancaman yang serius bagi sentimen dan aktivitas bisnis tentunya. Apabila vaksinasi benar-benar dihentikan untuk waktu yang tidak diketahui semetara vaksin ini digunakan di lebih dari 30 negara serta pasokan vaksin global masih sangat terbatas maka optimisme pelaku ekonomi akan pemulihan ekonomi bisa surut. 

Mobilitas masih akan terbatas sehingga impian untuk bangkit bisa tersendat. Ke depan aktivitas global masih menemui jalan terjal dan berbatu untuk kembali seperti sediakala.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular