Internasional

Mengapa Armenia-Azerbaijan Perang?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
30 September 2020 13:42
In this image taken from footage released by Azerbaijan's Defense Ministry on Sunday, Sept. 27, 2020, an Azerbaijan's rocket launches from missile system at the contact line of the self-proclaimed Republic of Nagorno-Karabakh, Azerbaijan. Fighting between Armenian and Azerbaijani forces over the disputed separatist region of Nagorno-Karabakh continued on Monday morning after erupting the day before, with both sides blaming each other for resuming the attacks. (Azerbaijan's Defense Ministry via AP)
Foto: Sebuah roket Azerbaijan diluncurkan dari sistem rudal di garis kontak Republik Nagorno-Karabakh, Minggu, 27 September 2020. (Azerbaijan's Defense Ministry via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan kembali meletus. Kedua negara bekas republik Uni Soviet di wilayah Kaukasus ini kembali berperang di wilayah Nagorno-Karabakh.

Perang terjadi sejak Minggu (27/9/2020). Peperangan yang hingga kini terjadi telah memakan korban jiwa hampir 100 orang.



Kecaman datang dari PBB. Dewan Keamanan PBB meminta pasukan Armenia dan Azerbaijan untuk segera menghentikan pertempuran.

Para anggota dewan mengatakan mereka mengutuk keras penggunaan kekerasan dan menyesali hilangnya nyawa dan korban sipil. "Mendesak semua pihak untuk bekerja sama dengan para ketua bersama "untuk dimulainya kembali dialog yang mendesak tanpa prasyarat," tulis Dewan Keamanan sebagaimana dikutip AFP, Rabu (30/9/2020).

Lalu bagaimana perang ini terjadi?

Dimulai sejak 1991

Nagorno-Karabakh berada di dalam teritori Azerbaijan tetapi ia dijalankan oleh etnis Armenia. Saat Uni Soviet runtuh, Nagorno-Karabakh adalah wilayah mayoritas etnis Armenia namun Kremlin yang memegang kendali memberikan wilayah itu pada otoritas Azerbaijan

Ini membuat dorongan memisahkan diri terjadi di mana Nagorno-Karabakh ingin membuat negara sendiri. Perbedaan mayoritas Nagorno-Karabakh yang Kristen dan Azerbaijan yang Muslim semakin memperkeruh persoalan.

Armenia pun mendukung kelompok yang bersitegang dengan Azerbaijan sehingga menimbulkan konflik. sementara Azerbaijan berusaha untuk menekan gerakan separatis.

Kedua negara tersebut perang berdarah di wilayah yang sama pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Puluhan ribu orang tewas dan hingga satu juta orang mengungsi di tengah laporan pembersihan etnis dan pembantaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak.



Pasukan Armenia menguasai Nagorno-Karabakh sebelum gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada 1994. Namun kesepakatan damai akhirnya dibuat dengan ditengahi Rusia.

Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan. Namun realitanya kelompok kemerdekaan setempat membentuk republik dan mendeklarasikan negara sendiri, dijalankan oleh etnis Armenia dan didukung oleh pemerintah Armenia.

Perundingan damai juga telah berlangsung, dengan dimediasi oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group. Ini adalah sebuah badan yang dibentuk pada tahun 1992 dan diketuai oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat (AS).



Namun sejauh ini perjanjian damai belum ditandatangani. Bentrokan terus berlanjut selama tiga dekade terakhir, dengan gejolak serius terakhir pada tahun 2016, ketika puluhan tentara di kedua negara tewas.

In this handout photo taken from a footage released by Azerbaijan's Defense Ministry on Sunday, Sept. 27, 2020, Azerbaijan's forces destroy Armenian anti-aircraft system at the contact line of the self-proclaimed Republic of Nagorno-Karabakh, Azerbaijan. Fighting between Armenia and Azerbaijan broke out Sunday around the separatist region of Nagorno-Karabakh and the Armenian Defense Ministry said two Azerbaijani helicopters were shot down. Azerbaijan's President Ilham Aliyev said in a televised address to the nation that Foto: Pasukan Azerbaijan menghancurkan sistem anti-pesawat Armenia di jalur kontak Republik Nagorno-Karabakh, Minggu, 27 September 2020. (Armenian's Defense Ministry via AP)
In this handout photo taken from a footage released by Azerbaijan's Defense Ministry on Sunday, Sept. 27, 2020, Azerbaijan's forces destroy Armenian anti-aircraft system at the contact line of the self-proclaimed Republic of Nagorno-Karabakh, Azerbaijan. Fighting between Armenia and Azerbaijan broke out Sunday around the separatist region of Nagorno-Karabakh and the Armenian Defense Ministry said two Azerbaijani helicopters were shot down. Azerbaijan's President Ilham Aliyev said in a televised address to the nation that "there are losses among the Azerbaijani forces and the civilian population as a result of the Armenian bombardment" but did not give further details. (Armenian's Defense Ministry via AP)



Turki dan Rusia



Konflik tersebut semakin diperumit dengan masuknya Turki. Negara itu merupakan sekutu dekat Azerbaijan, yang mengakui kemerdekaan pada tahun 1991.

Mantan Presiden Azerrbaijan Heydar Aliyev pernah menggambarkan keduanya sebagai "satu bangsa dengan dua negara". Keduanya berbagi budaya dan populasi bahkan dalam kepemimpinan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, negeri sufi menjanjikan dukungan bangsanya untuk Azerbaijan.



Apalagi Turki tidak memiliki hubungan resmi dengan Armenia. Pada tahun 1993 Turki menutup perbatasannya dengan Armenia untuk mendukung Azerbaijan selama perang di Nagorno-Karabakh.

Sementara Armenia memiliki hubungan baik dengan Rusia. Ada pangkalan militer Rusia di Armenia, dan keduanya adalah anggota aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).

Pada 2018, Armenia mengalami revolusi damai, menyapu rezim Serzh Sargysan dari kekuasaan. Kepemimpinan kini dijalankan oleh Perdana Menteri Nikol Pashinyan setelah pemilu bebas tahun itu.



Pashinyan setuju dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliev untuk mengurangi ketegangan dan mendirikan hotline militer pertama antara kedua negara. Pada 2019, kedua negara mengeluarkan pernyataan yang menyatakan perlunya "mengambil tindakan konkret untuk mempersiapkan penduduk untuk perdamaian".



Kembali Perang



Namun, sayangnya pada Minggu (27/9/2020) perang kembali meletus. Azerbaijan melancarkan serangan udara dan artileri sedangkan Armenia mengumumkan darurat militer dan memobilisasi penduduk laki-laki.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan Armenia dan otoritas di Nagorno-Karabakh menyerang terlebih dahulu. Azerbaijan meminta mereka untuk meletakkan senjata dan menyerah.

Kondisi panas sebenarnya sudah terlihat sejak Februari 2020. Insiden awal adalah saat pasukan Azerbaijan melaporkan ada tembakan yang diluncurkan Armenia di pos-pos angkatan negara itu.

Armenia, disebut Azerbaijan menembaki pasukan dengan senjata api dan sniper. Ini menewaskan empat orang tentara dan melukai satu lainnya.

"Kami tetap kuat di samping tentara kami untuk melindungi tanah air kami dari invasi Azeri (Azerbaijan)," tulis Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di Twitter.

"Kami mempertahankan wilayah kami, tujuan kami benar!" bantah Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, berkata dalam pidatonya.

Perang kedua negara menyalakan kembali kekhawatiran tentang stabilitas di Kaukasus Selatan. Apalagi ini adalah tempat koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia.




(sef/sef) Next Article Armenia-Azerbaijan Perang & Tolak Damai, Ini Peta Kekuatannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular