Internasional

Armenia-Azerbaijan Perang, Turki Dituding Lakukan Genosida

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
02 October 2020 14:27
An Armenian serviceman fires a cannon towards Azerbaijan positions in the self-proclaimed Republic of Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, Tuesday, Sept. 29, 2020. Armenian and Azerbaijani forces accused each other of attacks on their territory Tuesday, as fighting over the separatist region of Nagorno-Karabakh continued for a third straight day following the reigniting of a decades-old conflict. (Sipan Gyulumyan/Armenian Defense Ministry Press Service/PAN Photo via AP)
Foto: Seorang prajurit Armenia menembakkan meriam ke arah posisi Azerbaijan di Republik Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, Selasa, 29 September 2020. (Sipan Gyulumyan/Armenian Defense Ministry Press Service/PAN Photo via

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menuduh Turki melakukan genosida di tengah pertempuran memanas dengan Azerbaijan. Pashinyan menyebut militer Turki secara langsung memimpin serangan dengan pasukan Azerbaijan terhadap pasukan etnis Armenia di sekitar wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.

Lusinan orang telah dilaporkan tewas dan ratusan lainnya cedera sejak Minggu (27/9/2020) dalam pertempuran yang menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas di Kaukasus Selatan, yakni koridor jaringan pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia.



"Situasinya jauh lebih serius (dibandingkan bentrokan sebelumnya pada 2016). Akan lebih tepat untuk membandingkannya dengan apa yang terjadi pada tahun 1915 ketika lebih dari 1,5 juta orang Armenia dibantai selama genosida pertama abad ke-20," kata Pashinyan dalam wawancara dengan surat kabar Le Figaro pada Kamis (1/10/2020).

"Negara Turki, yang terus menyangkal masa lalu, sekali lagi merambah jalan genosida."



Komentar Pashinyan tersebut cenderung memprovokasi Ankara. Turki menerima bahwa banyak orang Armenia yang tinggal di Kekaisaran Ottoman terbunuh dalam bentrokan selama Perang Dunia Pertama, tetapi membantah angka tersebut dan menyangkal bahwa pembunuhan itu diatur secara sistematis sebagai genosida.

Pashinyan, yang tidak memberikan bukti atas pernyataannya, mengatakan Turki telah mengirim ribuan tentara bayaran Suriah ke wilayah tersebut dan perwira militer Turki terlibat langsung dalam memimpin serangan Azeri.

"Dunia harus menyadari apa yang terjadi di sini," kata Pashinyan. "Keinginan Turki adalah untuk memperkuat peran dan pengaruhnya di Kaukasus Selatan. Itu mengejar mimpi membangun sebuah kerajaan meniru Kesultanan dan itu memulai jalan yang dapat membakar wilayah itu."

Di sisi lain, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak Armenia dan Azerbaijan untuk kembali ke negosiasi yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa teritorial yang sudah berlangsung lama ini.

Menanggapi hal tersebut, Turki, pendukung kuat Azerbaijan dalam konflik tersebut, mengatakan tiga kekuatan besar seharusnya tidak memiliki peran dalam gerakan perdamaian antara kedua negara bekas Uni Soviet tersebut.

Baik Pashinyan dan pemimpin Azerbaijan Ilham Aliyev juga sama-sama menolak gagasan untuk mengadakan pembicaraan damai.

"Nagorno-Karabakh tidak dapat melucuti senjata, karena itu akan menyebabkan genosida. Orang-orang yang tinggal di sana menghadapi ancaman eksistensial," tutur Pashinyan.

Armenia mencatat kematian 104 tentara dan 13 warga sipil. Azerbaijan belum melaporkan adanya korban militer, tetapi mengatakan 19 warga sipil tewas setelah penembakan Armenia.

Armenia dan Karabakh mengumumkan darurat militer dan mobilisasi militer pada Minggu, sementara Azerbaijan memberlakukan aturan militer dan jam malam di kota-kota besar.

Kementerian pertahanan Armenia mengatakan pertempuran telah meningkat dan pasukannya telah menangkis serangan Azerbaijan, menjatuhkan helikopter dan menghancurkan drone serta kendaraan lapis baja.

Dikatakan pasukan Azerbaijan telah menembaki dua desa di dalam Armenia, dekat Karabakh, menewaskan satu warga sipil.

Wakil Perdana Menteri Armenia Tigran Avinyan mengatakan bahwa 1.280 tentara Azerbaijan telah tewas dan 2.700 lainnya luka-luka, dengan kedua belah pihak membuat klaim menimbulkan banyak korban.

Kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukannya telah melakukan "serangan artileri yang menghancurkan" terhadap pasukan Armenia. Mereka membantah klaim bahwa salah satu helikopternya ditembak jatuh dan jatuh di Iran.

Kedua belah pihak saling menuduh melakukan penembakan di wilayah sipil dan mengabaikan seruan berulang kali dari para pemimpin internasional untuk menghentikan pertempuran.

Deklarasi kemerdekaan Karabakh dari Azerbaijan sempat memicu perang di awal 1990-an yang merenggut 30.000 nyawa, tetapi wilayah ini masih belum diakui sebagai negara merdeka oleh negara manapun, termasuk Armenia.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengapa Armenia-Azerbaijan Perang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular