Amit-amit Jabang Bayi, Tapi Ini Bisa Menimpa Anda Saat Resesi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 September 2020 06:45
job fair
CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

So, kalau resesi memangnya apa yang terjadi? Ada dampak resesi terhadap keseharian kita?

Resesi adalah hasil, resultansi dari ekonomi yang menciut. Ekonomi bisa menciut karena penurunan aktivitas dunia usaha dan rumah tangga.

Dari sisi dunia usaha, PSBB membuat proses produksi terganggu karena belum semua karyawan bisa pergi ke kantor. Apalagi kalau ada kasus positif, kantor atau pabrik wajib ditutup sementara. Sementara aktivitas masyarakat yang terbatas dan bahkan sebagian masih #dirumahaja membuat penjualan menurun.

Berdasarkan ;aporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha keluaran BPS, dari 34.559 unit usaha yang disurvei nyaris 83% mengaku mengalami penurunan pendapatan. Artinya, delapan dari 10 perusahaan boncos selama masa pandemi. Luar biasa...

Sedihnya lagi, Unit Usaha Kecil (UMK) ternyata lebih terpukul ketimbang yang pengusaha besar. Sebanyak 84,2% pelaku UMK mengaku mengalami penurunan pendapatan, sementara di Unit Usaha Besar (UMB) adalah 92,29%.

Ini membuat dunia usaha kelimpungan untuk mempertahankan bisnisnya. Salah satu upaya yang ditempuh agar perusahaan tetap hidup adalah efisiensi dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

"Sekarang jumlah pengangguran tambah hari tambah naik. Kita punya pengangguran sekarang 7 juta existing, angkatan kerja 2,5 juta, dan sekarang korban PHK ada 7 juta. Jadi sekarang ada 16,5 juta," ungkap Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), awal bulan ini.

Nah, kondisi ini yang kemudian mempengaruhi rumah tangga. Di tengah ancaman tsunami PHK, rumah tangga memilih untuk meningkatkan tabungan untuk jaga-jaga menghadapi situasi terburuk. Konsumsi pun dikurangi, yang kemudian semakin menurunkan permintaan yang sudah rendah.

Bank Indonesia mencatat, pada Agustus 2020 konsumen mengalokasikan 20,42% pendapatan mereka untuk ditabung. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Desember 2018.


Peningkatan porsi pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan membuat pos lain menjadi berkurang. Contoh paling nyata adalah konsumsi.

Per Agustus 2020, konsumen Indonesia mengalokasikan 67,35% pendapatan untuk konsumsi. Memang masih dominan, tetapi angka tersebut adalah yang terendah sejak Januari 2019.

Dalam situasi ekonomi yang tidak pasti, seperti resesi, masyarakat tentu berpandangan bahwa langkah terbaik adalah menabung. Ya itu tadi, Selamatkan Diri Masing-masing (SDM), harus berjaga-jaga kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti PHK.

Namun kalau uang masyarakat terkumpul di bank, maka tinggal sedikit yang tersisa untuk berputar di sektor riil. Pada akhirnya peningkatan jumlah tabungan menciptakan paradoks, yaitu membuat resesi menjadi semakin dalam. Semakin banyak pengusaha yang tumbang, semakin banyak pekerja yang menjadi korban PHK.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular