Menteri ESDM: RI Mau Tiru Mesir Temukan Cadangan Gas Raksasa

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
28 September 2020 12:37
Menteri ESDM Arifin Tasrif (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Menteri ESDM Arifin Tasrif (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengakui masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk menarik investor menanamkan modalnya di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Selain fiskal, pemerintah berupaya untuk memperbaiki tingkat keberhasilan untuk menggaet investor di hulu migas.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui keberhasilan Mesir dalam menarik minat investor di hulu migas hanya dalam waktu dua tahun, sehingga akhirnya menemukan lapangan gas raksasa. Oleh karena itu, dia mengatakan, Indonesia tak segan untuk mencontoh kebijakan Mesir agar turut berhasil menemukan sumber lapangan migas raksasa.

"Mesir dulu mengalami shortage (kekurangan) pasokan gas, tapi dalam dua tahun 2015-2017 mereka bisa menarik investor dan dapat sumber gas besar,"
paparnya saat diwawancarai CNBC Indonesia, Senin, (28/09/2020).

Menurutnya, hal yang perlu dicontoh dari keberhasilan Mesir itu yaitu bagaimana bisa menyempurnakan data wilayah kerja hulu migas. Menurutnya, keberhasilan Mesir dipicu dari pengelolaan data dengan disertai penggunaan teknologi yang baik, sehingga mudah menarik investor.

Oleh karena itu, lanjutnya, kini pemerintah tengah berupaya mematangkan kembali data-data wilayah kerja migas yang akan ditawarkan, sehingga bisa dengan mudah menggaet minat para investor. Kemudian, imbuhnya, pemerintah juga berupaya menyempurnakan data dengan bekerjasama dengan sejumlah perusahaan di sektor teknologi untuk membantu pengelolaan data hulu migas ini.

"Kemudian, ada kemudahan di Mesir, seperti bisa melakukan penunjukan secara langsung," ujarnya.

Selain itu, pemberian fleksibilitas dalam memilih jenis kontrak di hulu minyak dan gas bumi (migas) pun telah dilakukan pemerintah sebagai salah satu upaya menarik investasi di sektor hulu migas ini. Dengan demikian, kini investor bebas memilih antara Kontrak Bagi Hasil (PSC) dengan skema Gross Split atau Cost Recovery.

Arifin mengatakan keputusan memberikan fleksibilitas skema kontrak hulu migas ini berasal dari hasil komunikasi dan diskusi dengan para pelaku industri migas. Ternyata, lanjutnya, banyak investor cenderung memilih skema Gross Split hanya untuk pengelolaan lapangan migas yang telah berproduksi (existing).

Sementara untuk lapangan migas baru yang memiliki ketidakpastian besar, sehingga memiliki risiko tinggi, investor cenderung memilih untuk menggunakan skema PSC Cost Recovery. Menurutnya, hal ini tak lain dikarenakan investor memerlukan jaminan untuk pengembalian investasi mereka.

"Sekarang kita akomodasi, baik Gross Split dan Cost Recovery. Kita buka skema ini, sehingga mudah-mudahan ke depan jadi daya tarik investasi," ujarnya.

Sebelumnya, Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jaffee Arizon Suardin mengatakan pihaknya sudah melakukan penjajakan dengan lembaga geosains kelas dunia untuk mendorong temuan cadangan migas besar seperti yang dialami Mesir dan Norwegia.

"Pak menteri (Menteri ESDM Arifin Tasrif) ingin sekali bahwa kalau datanya besar, selain menggunakan teknologi Indonesia, tapi juga bisa gunakan (teknologi) kelas dunia tergantung tingkat kesulitan dan besaran modalnya," paparnya.

Menurut Jaffee, perusahaan data seismik dari luar negeri sudah datang dan mereka ingin mengolah data seismik seluas 100.000 m2. Untuk mengolah data seismik seluas ini, maka memang dibutuhkan kerja sama dengan lembaga geosains kelas dunia.

Selain membuka peluang kerja sama dengan lembaga geosains dunia, ujar Jaffee, pemerintah juga terbuka bekerja sama dengan perusahaan software internasional guna menunjang perolehan data yang lebih akurat.

Hal senada juga sempat diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Ego Syahrial. Ego mengatakan penjajakan kerja sama dengan lembaga geosains dunia ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas data melalui reprocessing dan reinterpretasi.

"Egypt (Mesir) yang baru saja masuk ke dunia migas, tiba-tiba mereka bisa menemukan giant discovery (temuan cadangan migas raksasa). Untuk satu lapangan gas saja, bisa produksi di atas 3-4 BSCF (miliar kaki kubik) per hari. Bandingkan dengan kita yang totalnya 6 BSCF per hari," kata Ego dalam jumpa pers virtual, pekan lalu.

Pemerintah berharap dengan menggandeng lembaga-lembaga geosains ini, Indonesia dapat menemukan cadangan migas yang besar, karena selama ini penemuan migas di Indonesia masih relatif kecil-kecil.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Arifin Tasrif Curhat Dulu Pupuk Susah Dapat Jaminan Gas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular