
Permintaan Minyak Turun & Harga Drop, Ini Dampaknya ke RI

Penurunan aktivitas eksplorasi, eksploitasi hingga investasi terutama di sektor hulu migas RI tentu sangat mengkhawatirkan karena kaitannya dengan topik ketahanan energi nasional.
SKK Migas melaporkan hingga semester I 2020, produksi minyak sebesar 720,2 ribu barel minyak per hari (bpd). Untuk realisasi lifting minyak sebesar 713,3 ribu bpd, atau 94,5% dari target awal 755 ribu bpd.
SKK Migas memangkas target produksi siap jual atau lifting minyak pada 2020 senilai 50 ribu barel per hari (bpd). Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan target pada 2020 kini sebesar 705 ribu bopd. Angka tersebut turun dari target awal yakni 755 ribu bpd.
Lifting yang terus menurun sementara permintaan masih jauh lebih banyak dari output yang tersedia membuat RI tak bisa berdikari. Ketergantungan terhadap pasokan sumber energi dari luar membuat Indonesia rentan terkena shock eksternal dan fluktuasi harga energi global.
Anjloknya harga minyak juga berpengaruh terhadap APBN. Analisis sensitivitas asumsi makro APBN 2020 menyebutkan, setiap penurunan ICP rata-rata US$ 1 per barel setahun akan menurunkan pendapatan negara dalam kisaran Rp 3,6-4,2 triliun.
Artinya, dengan ICP yang anjlok drastis seperti sekarang ini bakal membuat APBN juga terbebani. Selain APBN yang terbebani, upaya untuk mewujudkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% tahun 2025 menjadi terhambat.
Sampai dengan tahun lalu, pangsa pasar EBT di Tanah Air baru mencapai 9% saja. Sementara porsi minyak dan gas masih mendominasi dengan pangsa pasar mencapai 49% sendiri.
Anjloknya harga minyak ini akan membuat penggunaan biodiesel dari minyak sawit mentah menjadi kurang ekonomis. Target implementasi program biodiesel (B40) tahun depan juga menjadi terancam. Apalagi saat ini ketika harga komoditas energi minyak masih tertekan hebat, harga CPO sudah kembali ke level sebelum pandemi.
Well, meski penurunan harga minyak mampu memberikan dampak positif bagi RI, ternyata mudaratnya juga tak kalah banyak lho.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg)[Gambas:Video CNBC]