
Vokasi Bisa Jadi 'Jamu' Masalah Pengangguran di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah pengangguran di Indonesia terus bertambah apalagi kala pandemi covid-19, vokasi bisa mengambil peran. Lewat vokasi, peserta didik maupun umum bisa ikut edukasi soal keterampilan wirausaha
Dirjen Pendidikan Vokasi kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Wikan Sakarinto menegaskan bahwa vokasi adalah jamu mujarab untuk pengangguran di Indonesia.
"Vokasi dianggap jamu mujarab untuk sembuh dari banyaknya pengangguran. Lulusan vokasi tak hanya menerima ijazah tapi juga uji kompetensi," ujarnya di Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Tak heran, pemerintah menggelontorkan hingga Rp 3,5 triliun untuk menyiapkan program-program guna mendorong kampus vokasi, SMK dan lembaga kursus pelatihan untuk bisa "menikah" dengan industri. Dengan persiapan tersebut, nantinya akan akan ada perubahan ekosistem dan adanya kurikulum baru, salah satunya dikhususkan untuk SMK.
"SMK ada yang 3 tahun hingga 4,5 tahun. SMK bukannya diperpanjang tapi akan dinikahkan dengan kampus dan menjadi lulusan D2," katanya.
Adapun bagi SMK yang 3 tahun, lanjutnya, minimal 1 semester diwajibkan untuk magang langsung ke industri. Hal ini dilakukan agar "soft skill" semakin kuat. "Kami sedang membuat kurikulum baru SMK, Insya Allah rilis Maret 2021. Kurikulum ini lebih, simpel dan adaptif," terangnya.
Sebelumnya, Wikan mencatat ada 2.200 kampus vokasi, 4 ribu SMK dan 17 ribu lembaga khusus pelatihan. Dengan adanya kolaborasi dengan industri, diharapkan jebolan pendidikan vokasi tersebut memiliki mutu berstandar industri.
"Tak hanya proses, tidak hanya kurikulum. Semua ini tujuannya untuk menghasilkan lulusan yang kompeten. Bukan soal aku sudah belajar apa, tapi aku bisa apa saja," tegasnya.
Poin penting dalam mendorong terwujudnya "link and Match" antara pendidikan vokasi dan dunia industri ini antara lain kurikulum akan disusun bersama industri, dalam hal ini termasuk sertifikasi di industri masuk ke dalam kurikulum kampus.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vokasi Perlu Saat New Normal, Pemerintah-Industri Kolaborasi