RI Kekurangan Jutaan SDM Kompeten di 2024, Vokasi Jadi Solusi

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
24 June 2020 12:13
Ilustrasi Pekerja Vokasi (Dok. Kemenaker)
Foto: Ilustrasi Pekerja Vokasi (Dok. Kemnaker)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut Indonesia akan menghadapi kekurangan sumber daya manusia kompeten sampai 2,5 juta orang pada tahun 2024 mendatang. Kondisi ini akan menyulitkan industri untuk berkembang sehingga perlu mendorong sektor pendidikan vokasi sebagai jawaban.

"Akan ada gap sebesar 2 koma sekian juta yaitu kebutuhan sumber daya manusia untuk sektor industri yang dibutuhkan pada tahun 2024," kata Agus, Selasa (23/6).

Besarnya angka itu tentu harus ditangani dengan baik. Momen ini dijadikan alasan oleh Agus untuk meminta anggaran besar ke DPR. Dari pagu indikatif anggaran Kemenperin tahun 2021, ditetapkan sebesar Rp 2,596 triliun.

Dari jumlah tersebut, dialokasikan dana sebesar Rp. 816,7 miliar untuk program nilai tambah dan daya saing industri. Sementara program Pendidikan dan Pelatihan vokasi sebesar Rp. 849.9 miliar.

Sementara permintaan tambahan anggaran untuk Kemenperin yakni sebesar Rp. 3,4 triliun pada 2021 mendatang. Tidak sedikit angka yang dialokasikan untuk penguatan pendidikan.

"Untuk program penguatan SDM industri kami membutuhkan tambahan sebesar Rp 1 triliun, dan untuk program pengembangan infrastruktur digital sektor industri kami memerlukan tambahan sebesar Rp 410 miliar," tambahnya.

Untuk mengantisipasinya, pendidikan vokasi menjadi alternatif atau pilihan yang dinilai terbaik, utamanya menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan menyiapkan sumber daya manusia kompeten.

Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto menyadari soal harapan besar sedang diberikan kepada pendidikan vokasi di tengah tantangan ekonomi yang makin berat.

"Saat ini, Vokasi seperti tiba-tiba dapat harapan besar. Tapi ini fenomena bisa pisau bermata dua. Kita dapat panggung, lampu sorot ke kita, seolah kita dianggap jamu mujarab yang dapat sembuhkan permasalahan bangsa ini. Kalau nggak bisa tampil, entah menari, menyanyi atau kalau grogi malah bahaya," sebut Wikan, Senin (22/6).

Ia ingin kebutuhan industri bisa dipenuhi oleh lulusan pendidikan vokasi, baik di kampus maupun kejuruan. Sehingga, tidak ada lagi salah persepsi antara keduanya. Wikan ingin adanya duduk bersama antara vokasi dan industri dalam membahas kebutuhan yang ada di lapangan.

"Industri kalau terima tenaga kerja harus dilatih lagi, ini yang dikomplain industri. Industri itu komplain gimana sih nih kampus, gimana sih SMK. Kita butuh soft skill kuat, butuh materi baru, kok materi lama diajarkan. Dari pada mereka latih ulang, mereka punya kurikulum industri itu. kenapa nggak disatukan saja kurikulum industri dan kampus atau SMK. Dijadikan satu saja," sebut Wikan.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vokasi Perlu Saat New Normal, Pemerintah-Industri Kolaborasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular