
Lulusan Vokasi Diserap Industri Stainless Steel Terbesar

Jakarta, CNBC Indonesia - Lulusan vokasi diharapkan bisa menjadi andalan dari persoalan kompetensi sumber daya manusia di Indonesia. Lulusan vokasi selama ini diserap oleh industri antara lain manufaktur maupun sektor energi dan lainnya.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri Kemenperin Eko Cahyanto menilai lulusan vokasi sudah bergerak nyata dalam pembangunan perindustrian nasional. Ia mencontohkan bagaimana kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah sudah berubah akibat digiatkan oleh lulusan vokasi.
"Kemenperin punya Politeknik Industri Logam di Morowali. Yang awalnya antah berantah sekarang luar biasa potensi di sana, dan jadi kluster industri stainless steel mungkin terbesar di dunia," kata Eko, Senin (22/6).
Besarnya perkembangan Morowali tidak lepas dari kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Banyak mahasiswa program maupun siswa siswa SMK yang mengikuti magang di kawasan ini. Alhasil, siswa bisa belajar banyak mengenai kultur di industrinya. Di sisi lain, besarnya sumber daya alam juga menjadi berkah tersendiri.
"Karena produsen stainless steel terbesar di dunia ada di Morowali. Kami hadir di sana melalui Politeknik Industri Logam di Morowali," sebut Eko.
Harapan besar sudah diberikan oleh masyarakat, bahkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Namun, dunia Vokasi tidak boleh lengah. Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto menyadari soal harapan besar sedang diberikan kepada pendidikan vokasi di tengah tantangan ekonomi yang makin berat.
"Saat ini, Vokasi seperti tiba-tiba dapat harapan besar. Tapi ini fenomena bisa pisau bermata dua. Kita dapat panggung, lampu sorot ke kita, seolah kita dianggap jamu mujarab yang dapat sembuhkan permasalahan bangsa ini. Kalau nggak bisa tampil, entah menari, menyanyi atau kalau grogi malah bahaya," sebut Wikan, Senin (22/6).
Ia ingin kebutuhan industri bisa dipenuhi oleh lulusan pendidikan vokasi, baik di kampus maupun kejuruan. Sehingga, tidak ada lagi salah persepsi antara keduanya. Wikan ingin adanya duduk bersama antara vokasi dan industri dalam membahas kebutuhan yang ada di lapangan.
"Industri kalau terima tenaga kerja harus dilatih lagi, ini yang dikomplain industri. Industri itu komplain gimana sih nih kampus, gimana sih SMK. Kita butuh soft skill kuat, butuh materi baru, kok materi lama diajarkan. Dari pada mereka latih ulang, mereka punya kurikulum industri itu. kenapa nggak disatukan saja kurikulum industri dan kampus atau SMK. Dijadikan satu saja," sebut Wikan.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vokasi Perlu Saat New Normal, Pemerintah-Industri Kolaborasi