
RI (Mungkin) Resesi, Tapi Amit-amit Kalau Sampai Depresi!

"Kalau tetangga Anda kehilangan pekerjaan, itu namanya resesi. Namun kalau Anda yang kehilangan pekerjaan, itu depresi."
Kutipan itu datang dari Harry S Truman, Presiden AS ke-33 yang menjabat pada 1945-1953. Truman menggambarkan bahwa skala resesi tidak ada apa-apanya ketimbang depresi. Saat depresi menghampiri, maka yang namanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan sangat masif sehingga Anda dan tetangga Anda menjadi korban.
Oke, mungkin Indonesia hampir mustahil menghindar dari jurang resesi. Sekarang kita perlu move on ke pertanyaan selanjutnya, apakah resesi itu bisa 'naik pangkat' jadi depresi?
Ada banyak literatur yang memberi definisi depresi. Namun intinya ada dua syarat utama sebuah negara sah disebut depresi yaitu:
- Kontraksi PDB lebih dari 10%.
- Resesi bertahan selama dua tahun atau lebih.
Pada kuartal II-2020 ekonomi Indonesia memang terkontraksi, dan sangat mungkin terulang pada kuartal berikutnya. Namun kalau kontraksinya sampai lebih dari 10%, rasanya kok tidak.
Pemerintah memperkirakan kontraksi ekonomi nasional pada kuartal III-2020 paling mentok 2% YoY. Sementara Mirae Asset punya proyeksi kontraksi PDB sebesar 1,08% YoY.
![]() |
"Kami mengubah proyeksi PDB 2020 dari 0,52% menjadi -0,61% PDB. Sementara proyeksi untuk 2021 masih 4,15%," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.
Jadi, sepertinya Indonesia tidak akan mengalami kontraksi PDB sampai 10%, apalagi lebih. Resesi juga kemungkinan tidak akan bertahan sampai dua tahun, karena pada 2021 ekonomi bisa kembali tumbuh positif.
Well, resesi memang buruk. Resesi menggambarkan jutaan orang kehilangan pekerjaan.
Buat Indonesia, kabar baiknya adalah resesi yang terjadi tidak terlampau dalam dan lama sehingga menyebabkan depresi. Namun bukan berarti Indonesia bisa berleha-leha, karena para pembuat kebijakan punya tugas besar untuk membuat jutaan rakyat kembali bekerja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
