
(Katanya) Terancam Resesi, Seperti Apa Kondisi Ekonomi RI?

Namun bukan berarti tidak ada harapan. Data lain menunjukkan ekonomi Ibu Pertiwi mulai bergeliat selepas kuartal II-2020.
Misalnya, kegiatan dunia usaha pada kuartal III-2020 diperkirakan tumbuh setelah terkontraksi pada dua kuartal sebelumnya. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada kuartal III-2020 diperkirakan sebesar 0,52%. Pada kuartal I dan II, SBT terkontraksi masing-masing -5,56% dan -35,75%.
Kemudian penjualan mobil dan sepeda motor. Sejak November 2019 hingga Mei 2020, penjualan mobil dan sepeda motor selalu turun setiap bulannya. Namun pada Juni-Juli, penjualan mulai pulih.
Penjualan mobil adalah salah satu indikator mula (leading indicator) untuk melihat arah ekonomi ke depan, ekspansi atau kontraksi. Saat orang-orang berkenan untuk membeli mobil, yang merupakan kebutuhan sekunder bahkan tersier, maka itu adalah cerminan kuatnya daya beli.
Lalu ada pula kabar baik dari ekspor. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Juli sebesar US$ 13,73 miliar. Melonjak 14,43% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM).
Dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, ekspor memang masih terkontraksi 9,9%. Namun ini lebih landai ketimbang ekspektasi pasar.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi 18,205% YoY. Sementara konsensus versi Reuters berada di -16,55% YoY.
Data ini menunjukkan kinerja ekspor Indonesia terus membaik. Setelah menyentuh 'kerak neraka' pada Mei, ekspor terus berada dalam tren positif.
"Ekspor secara bulanan menunjukkan progress yang menggembirakan. Kita tentu berharap ke depan terus ada peningkatan," ujar Suhariyanto, Kepala BPS.
Ketika ekspor terus menampilkan tanda-tanda perbaikan, maka ada harapan PDB ikut membaik. Sebagai gambaran, ekspor menyumbang rata-rata 18,61% kepada PDB dalam 10 tahun terakhir.
Kalau kondisinya masih 50-50 seperti ini, adalah pemerintah yang menjadi kunci. Pemerintah melalui kebijakan fiskal harus mampu menjadi katalis, perangsang, pemantik pertumbuhan ekonomi.
Seperti halnya negara-negara lain, pemerintah Indonesia juga menggelontorkan stimulus fiskal dengan nama program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Anggarannya adalah Rp 695,2 triliun.
Hingga akhir Juli, realisasi anggaran PEN adalah Rp 174,79 triliun (25,1%). Terdiri dari anggaran kesehatan Rp 7,36 triliun, perlindungan sosial Rp 93,18 triliun, sektoral kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Rp 12,4 triliun, insentif usaha dalam bentuk perpajakan Rp 17,23 triliun, serta dukungan Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Rp 44,63 triliun.
"Kita terus mendorong untuk mempercepat program ini sampai Desember nanti. Kalau ada yang belum jalan, akan dilakukan re-design sehingga bisa dilaksanakan dengan lebih baik," kata Sri Mulyani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]