(Katanya) Terancam Resesi, Seperti Apa Kondisi Ekonomi RI?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 August 2020 13:47
Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Well, kuartal III masih tersisa sebulan lagi. Masih ada waktu untuk menggenjot. Namun kalau melihat data terkini sampai Juli, peluang Indonesia lolos dari jurang resesi masih 50-50.

'Saksi' yang memberatkan adalah data perpajakan. Pajak mencerminkan aktivitas ekonomi, karena pajak dibayarkan kalau ada aktivitas ekonomi. Pajak Penghasilan (PPh) dibayar kalau individu dan korporasi punya penghasilan atau laba, sementara Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang 10% itu dibayar saat ada transaksi.

Sepanjang Januari-Juli 2020, penerimaan pajak tercatat Rp 601,91 triliun. Anjlok 14,67% dibandingkan bulan sebelumnya. Penerimaan PPh adalah Rp 369,62 triliun atau turun 16%, sedangkan PPN (dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah/PPnBM) adalah Rp 219,49 triliun atau turun 11,97%.

Catatan ini memburuk dibandingkan Januari-Juni 2020. Kala itu, total setoran pajak terkontraksi 12,01%. PPh turun 12,49% sementara PPN dan PPnBM turun 10,68%.

"Penerimaan pajak yang sempat menunjukkan peningkatan pada Juni, kemudian melambat kembali pada Juli. Penerimaan pajak ini menggambarkan kondisi ekonomi nasional kita," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, dalam konferensi pers APBN Kita periode Agustus 2020.

Pemulihan ekonomi yang penuh ketidakpastian tergambar dari setoran pajak per sektor. Penerimaan pajak dari industri pengolahan pada Juli terkontraksi -28,91% YoY. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang -36,18% YoY.

Namun tidak demikian dengan sektor perdagangan. Setoran pajak dari sektor ini turun -27,34% YoY pada Juli. Lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya yang -19,91% YoY.

Nasib lebih parah dialami sektor transportasi dan perdagangan. Pada Juli, setoran pajak dari sektor ini mengalami kontraksi 20,93% YoY. Jauh lebih parah ketimbang Juni yang mampu tumbuh 9,63% YoY.

Sektor transportasi menjadi penting karena merupakan sinyal pergerakan orang dan barang. Setoran pajak sektor transportasi yang anjlok menandakan laba dunia usaha di sektor ini nyungsep, yang penurunan mobilitas. Kala mobilitas turun, sulit berharap ekonomi bisa tumbuh.

pajakKementerian Keuangan

"Melihat indikator Juli, downside risk tetap merupakan suatu risiko nyata. Outlook kami adalah 0% sampai -2% (untuk kuartal III-2020). Kunci utama adalah konsumsi dan investasi. Kalau tetap negatif, meski pemerintah sudah all out, maka akan sulit masuk netral. Tidak bisa mendekati 0% dan bisa negatif kalau kelas menegah dan atas belum recovery," jelas Sri Mulyani.

Indikator lain yang agak memberatkan adalah penjualan ritel, yang dicerminkan dalam Indeks Penjualan Riil (IPR). Bank Indonesia (BI) melaporkan IPR pada Juni mengalami kontraksi 17,1% YoY.

Untuk Juli, BI memperkirakan masih terjadi kontraksi 12,3% YoY. Jika Juli negatif lagi, maka penjualan ritel belum pernah tumbuh positif sejak Desember tahun lalu.

Ini menandakan rumah tangga masih ragu untuk berbelanja. Bisa karena lebih memprioritaskan menabung untuk bersiap akan kemungkinan terburuk, atau memang daya belinya turun karena menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Ya, rumah tangga memang masih pesimistis melihat kondisi ekonomi saat ini. Tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) yang merupakan bagian dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Pada Juli, nilai IKE adalah 50,7. Jauh di bawah 100, yang merupakan batas optimistis.

IKE terbagi menjadi tiga bagian yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama. Ketiganya masih jauh dari 100.

Data penjualan ritel dan IKK menggambarkan konsumsi rumah tangga nasional masih lesu. Padahal konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama pembentukan PDB dengan sumbangan lebih dari 50%.

Ketika sang kontributor utama masih belum bisa diharapkan, maka PDB secara keseluruhan tentu akan terpengaruh. Bukan tidak mungkin konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 masih terkontraksi, seperti kuartal sebelumnya.

growthBadan Pusat Statistik

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular