Hulu Migas Bisa Setor Ratusan Miliar Dolar, Mungkin Nggak Ya?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
20 August 2020 15:30
Malacca Strait PSC, doc.EMP
Foto: Malacca Strait PSC, doc.EMP

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menargetkan peningkatan penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi naik signifikan menjadi US$ 121 miliar dalam jangka panjang di beberapa tahun mendatang.

Hal tersebut disampaikan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto dalam webinar bertema "Oil and Gas Industries: The Challenge and Opportunity During and Beyond Crisis", Rabu malam (19/08/2020).

Dwi mengatakan target peningkatan penerimaan negara dari sektor hulu migas itu seiring dengan target lifting minyak mencapai 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 mendatang.

Berdasarkan data SKK Migas, perkiraan pendapatan kotor dari penjualan migas tahun ini hanya sebesar US$ 19,9 miliar, di mana penerimaan negara hanya sebesar US$ 7,2 miliar.

"Kami harapkan bisa mewujudkan target lifting migas jangka pendek, tapi juga memaksimalkan penerimaan negara dari hulu migas hingga US$ 121 miliar," ungkapnya.

Selain pendapatan, SKK Migas juga akan berupaya menarik investasi baru sehingga bisa mencapai US$ 70 miliar.

Dwi mengatakan industri hulu migas Indonesia masih memiliki harapan besar ke depannya, pasalnya Indonesia memiliki sebanyak 128 cekungan. Dari total cekungan tersebut, baru 20 cekungan yang sudah diproduksi, selebihnya sebanyak 27 cekungan ada penemuan namun belum diproduksi, 13 cekungan belum ada penemuan, dan 68 cekungan belum dilakukan pemboran eksplorasi.

"Kondisi seperti ini ada harapan yang bisa kita temukan ke depan," paparnya.

Dia menjelaskan pada 2020 lifting minyak ditargetkan mencapai 1 juta bph dan lifting gas sebesar 12.000 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Hal ini tentu saja meningkat signifikan dari realisasi lifting minyak sampai semester I 2020 ini yang baru mencapai 713,3 ribu bph dan 5.605 mmscfd lifting gas. Bahkan angka semester I ini masih di bawah target awal dalam APBN yang sebesar 755 ribu bph untuk lifting minyak dan 6.670 mmscfd untuk lifting gas.

Untuk mencapai target tersebut, maka pihaknya akan bekerja di luar kebiasaan dengan berbagai upaya antara lain mempertahankan tingkat produksi yang tinggi jangan sampai turun, lalu melakukan transformasi sumberdaya ke produksi, mempercepat pengerjaan chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) dan terus melakukan eksplorasi untuk penemuan besar.

Beberapa proyek yang diandalkan untuk meningkatkan lifting migas dalam beberapa tahun mendatang tersebut antara lain Indonesia Deepwater Development (IDD) oleh Chevron, Lapangan Abadi, Blok Masela oleh Inpex, Jambaran Tiung Biru oleh Pertamina dan juga proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh oleh BP Indonesia.

Adapun total investasi dari proyek strategis tersebut mencapai US$ 37,21 miliar dengan proyeksi tambahan produksi sebanyak 65 ribu bph minyak dan 3.484 mmscfd gas.

Lebih lanjut ia mengatakan adanya pandemi Covid-19 saat ini memang menjadi tantangan bagi industri hulu migas. Sebelum adanya pandemi Covid-19 pun pada akhir 2019 industri hulu migas mengalami tekanan karena terjadinya "perang" antar anggota OPEC. Ditambah setelah terjadinya pandemi Covid-19, maka menurutnya semakin berdampak pada pasokan dan permintaan migas di pasar internasional.

Selain harga minyak, harga Liquefied natural gas (LNG) juga memiliki tren menurun karena kelebihan pasokan dan penurunan permintaan di pasar LNG. Harga LNG sempat jatuh di posisi US$ 1,93 per mmbtu, meski sekarang sudah mulai ada peningkatan.

"Yang mempengaruhi berbagai investasi, LNG jatuh cukup tajam 2020 di bawah 2 (US$ 2 per mmbtu) meski hari-hari ini mulai ada peningkatan," jelasnya.

Dampak Covid-19 ini pun terasa di berbagai perusahaan minyak global di mana mereka pun ramai-ramai melakukan koreksi terhadap rencana belanja modal (Capex) rata-rata 30%. Investasi global yang mulanya US$ 325 miliar terkoreksi menjadi US$ 228 miliar.

Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia, di mana banyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang menunda program kerjanya. Oleh karena itu, SKK Migas melakukan upaya-upaya bersama KKKS untuk mereview kembali rencana kerjanya.

"Kami rayu-rayu agar rencana penundaan bisa dibatalkan. Kami harap betul investasi jalan terus," jelasnya. (*)


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dikuasai Kontraktor Asing, Migas RI Bonyok Dihajar Corona!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular