
Kena Covid-19, Target Lifting RI Turun ke 705 Ribu Barel

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, di tengah masa pandemi Covid-19 ini, sektor minyak dan gas menjadi salah satu kelompok usaha yang paling tertekan. Hal ini pun berdampak pada kegiatan produksi seperti pengeboran dan perawatan sumur maupun kerja ulang yang terhambat.
Selain itu, tekanan akibat penurunan harga minyak dunia (termasuk ICP) juga dinilai secara langsung mempengaruhi nilai proyek hulu migas tanah air. Faktor tersebut menciptakan ketidakpastian dan menyebabkan proyeksi lifting migas di tahun 2020 turun.
"Outlook lifting migas tahun ini turun. Lifting minyak jadi sebesar 705 ribu barel per hari (bph) dan lifting gas menjadi sebesar 992 ribu barel setara minyak per hari (bsmph)," ujar di Gedung DPR RI, Kamis (18/6/2020).
Meski demikian, pada tahun depan ia meyakini target lifting migas bisa kembali ditingkatkan. Oleh karenanya, untuk tahun 2021 pemerintah menargetkan lifting minyak bisa mencapai 677-737 ribu bph dan lifting gas sebesar 1.085-1.173 ribu bsmph.
"Angka kisaran tersebut pada dasarnya juga telah mempertimbangkan kapasitas produksi dan potensi pada lapangan migas yang ada, termasuk potensi penurunan alamiah dan tambahan proyek yang akan mulai onstream di 2021," jelasnya.
Lanjutnya, adapun tren penurunan lifting migas dalam jangka pendek merupakan hal yang tak terelakkan mengingat kondisi mayoritas lapangan migas yang telah melalui puncak produksinya.
Meski demikian, ia menjelaskan bahwa optimalisasi lapangan migas yang telah berproduksi tetap menjadi program utama yang terus dijalankan pemerintah yakni melalui pengeboran, kerja ulang, serta perawatan sumur.
Selain itu, upaya penggalian sekunder dan tersier dengan teknologi Enhanced Oil Recovery juga terus diupayakan guna meningkatkan tingkat recovery factor di lapangan yang sudah tua (mature).
"Berbagai upaya nonteknis juga akan dilakukan guna mendorong pencapaian produksi lebih tinggi termasuk dengan melanjutkan proses reformasi birokrasi untuk percepatan persetujuan rencana pengembangan, serta peningkatan ease of doing business guna menarik minat investasi," kata Sri Mulyani.
Usulan penurunan target lifting juga diajukan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas). Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan target semula 755 ribu barel sehari memang sangat berat dirasa oleh para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
"Realisasi sampai Mei adalah 702 ribu barel sehari dan outlook ke depan jika kondisi membaik bisa 705 ribu barel sehari," ujarnya.
Namun secara rata-rata untuk produksi lifting dan stok di 2020 dari Januari sampai Mei masih di kisaran 723 ribu barel sehari. Kondisi lifting belum bisa tertolong karena harga minyak masih sangat rendah. "Jadi kami banyak menyimpan di stok dan dilepas setelah harga dan tergantung dari serapan."
(gus)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dikuasai Kontraktor Asing, Migas RI Bonyok Dihajar Corona!