
Dikuasai Kontraktor Asing, Migas RI Bonyok Dihajar Corona!
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
31 March 2020 12:38

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak dunia terus merosot sepanjang beberapa pekan terakhir. Dengan perang harga yang terjadi antara Rusia dan Arab Saudi, ditambah virus corona yang merajalela, nasib hulu migas RI diproyeksi bakal babak belur tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasional, John S Karamoy, memaparkan turunnya harga minyak dunia terjadi karena kelebihan pasokan, permintaan dunia sedang turun karena melambatnya pertumbuhan ekonomi di dunia.
"Akibat dari menularnya Covid-19 ke mancanegara, sudah menyebar hampir ke seluruh dunia yang dimulai dari Wuhan, China Februari 2020," kata John, dalam keterangan tertulisnya, pekan lalu.
Kegiatan ekonomi melambat ini bisa dilihat dari turun drastisnya jumlah penerbangan dan kegiatan produktif masyarakat yang turun akibat penerapan lockdown, work from home, dan lainnya.
"Ini menjadi perhatian dan keprihatinan pemerintah-pemerintah di banyak negara dan masing-masing harus bisa berhitung dampak terhadap kegiatan ekonomi dan mengatasinya dengan paket penyelamatan," jelasnya.
Dampak dari kegiatan ekonomi yang turun drastis ini, kilang-kilang migas di Eropa, Amerika Utara, Jepang, dan lain-lain mulai ikut menurun. Sehingga, para perusahaan migas di negeri tersebut akan menyesuaikan aktivitasnya di sektor hulu.
"Penurunan permintaan dari kilang, beberapa IOC (International Oil Company) dilaporkan akan mengurangi capex di eksplorasi dan produksi, dan ambil posisi wait and see di angka berapa 'bottom; harga minyak akan terjadi sebelum harga membaik."
Proyeksi ini tak salah, perusahaan-perusahaan migas asing seperti Shell, Eni, Premier Oil, Total, Conoco Philips, sudah mengumumkan secara terbuka soal pemangkasan belanja modal mereka di skala global. Tentunya pemangkasan belanja ini akan berdampak juga ke proyek yang berada di Indonesia.
Eni misalnya, perusahaan migas asal Italia ini dipastikan menunda proyek hulu migasnya di Indonesia.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Julius Wiratno, memaparkan proyek Merakes dikelola oleh Eni East Sepinggan Ltd yang mestinya onstream tahun ini terancam mundur.
Pihaknya belum bisa memastikan sampai kapan mundurnya proyek ini, karena aktivitas dilapangan masih akan ditangguhkan dulu.
Karena untuk menciptakan save working space antar pekerja dan juga persiapan untuk isolated room/facility in case ada virus outbreak di site/field," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin, (30/03/2020).
Proyek Merakes dikelola oleh Eni East Sepinggan Ltd, satu dari 12 proyek, awalnya ditargetkan onstream pada September 2020 dengan kapasitas fasilitas 400 MMscfd dan estimasi produksi 360 MMscfd.
Kedua belas proyek yang direncanakan onstream itu diproyeksikan memproduksi gas sebanyak 705 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak 3.000 barel minyak per hari (bph).
SKK Migas belum bisa memastikan proyek-proyek mana lagi yang bakal tertunda di tahun ini. Namun selain proyek Merakes, proyek lain yang diperkirakan akan mundur adalah pengerjaan kilang Tangguh Train 3, yang berada di bawah BP.
John S Karamoy dari Aspermigas menekankan pengurangan belanja modal kontraktor-kontraktor asing ini, bila berlangsung lama bisa berdampak pada produksi migas nasional yang akan di bawah target APBN 2020.
"Sudah waktunya, peran perusahaan nasional disektor hulu migas termasuk perusahaan penyediaan jasa dan barang terkait, dipersiapkan untuk mengisi menurunnya peran perusahaan asing," kata dia.
(gus/gus) Next Article Harga Minyak Terjun Bebas, Ini Siasat Efisiensi SKK Migas
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasional, John S Karamoy, memaparkan turunnya harga minyak dunia terjadi karena kelebihan pasokan, permintaan dunia sedang turun karena melambatnya pertumbuhan ekonomi di dunia.
"Akibat dari menularnya Covid-19 ke mancanegara, sudah menyebar hampir ke seluruh dunia yang dimulai dari Wuhan, China Februari 2020," kata John, dalam keterangan tertulisnya, pekan lalu.
"Ini menjadi perhatian dan keprihatinan pemerintah-pemerintah di banyak negara dan masing-masing harus bisa berhitung dampak terhadap kegiatan ekonomi dan mengatasinya dengan paket penyelamatan," jelasnya.
Dampak dari kegiatan ekonomi yang turun drastis ini, kilang-kilang migas di Eropa, Amerika Utara, Jepang, dan lain-lain mulai ikut menurun. Sehingga, para perusahaan migas di negeri tersebut akan menyesuaikan aktivitasnya di sektor hulu.
"Penurunan permintaan dari kilang, beberapa IOC (International Oil Company) dilaporkan akan mengurangi capex di eksplorasi dan produksi, dan ambil posisi wait and see di angka berapa 'bottom; harga minyak akan terjadi sebelum harga membaik."
Proyeksi ini tak salah, perusahaan-perusahaan migas asing seperti Shell, Eni, Premier Oil, Total, Conoco Philips, sudah mengumumkan secara terbuka soal pemangkasan belanja modal mereka di skala global. Tentunya pemangkasan belanja ini akan berdampak juga ke proyek yang berada di Indonesia.
Eni misalnya, perusahaan migas asal Italia ini dipastikan menunda proyek hulu migasnya di Indonesia.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Julius Wiratno, memaparkan proyek Merakes dikelola oleh Eni East Sepinggan Ltd yang mestinya onstream tahun ini terancam mundur.
Pihaknya belum bisa memastikan sampai kapan mundurnya proyek ini, karena aktivitas dilapangan masih akan ditangguhkan dulu.
Karena untuk menciptakan save working space antar pekerja dan juga persiapan untuk isolated room/facility in case ada virus outbreak di site/field," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin, (30/03/2020).
Proyek Merakes dikelola oleh Eni East Sepinggan Ltd, satu dari 12 proyek, awalnya ditargetkan onstream pada September 2020 dengan kapasitas fasilitas 400 MMscfd dan estimasi produksi 360 MMscfd.
Kedua belas proyek yang direncanakan onstream itu diproyeksikan memproduksi gas sebanyak 705 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak 3.000 barel minyak per hari (bph).
SKK Migas belum bisa memastikan proyek-proyek mana lagi yang bakal tertunda di tahun ini. Namun selain proyek Merakes, proyek lain yang diperkirakan akan mundur adalah pengerjaan kilang Tangguh Train 3, yang berada di bawah BP.
John S Karamoy dari Aspermigas menekankan pengurangan belanja modal kontraktor-kontraktor asing ini, bila berlangsung lama bisa berdampak pada produksi migas nasional yang akan di bawah target APBN 2020.
"Sudah waktunya, peran perusahaan nasional disektor hulu migas termasuk perusahaan penyediaan jasa dan barang terkait, dipersiapkan untuk mengisi menurunnya peran perusahaan asing," kata dia.
(gus/gus) Next Article Harga Minyak Terjun Bebas, Ini Siasat Efisiensi SKK Migas
Most Popular