Jelang Pidato RAPBN Jokowi, Cek Realisasi Lifting Migas RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Siang ini Presiden Joko Widodo akan membacakan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 dan Nota Keuangan. Salah satu yang akan diumumkan yaitu target lifting minyak dan gas (migas) untuk tahun depan.
Sebelum kita melihat rencana lifting migas tahun depan, mari kita lihat berapa realisasi hingga Juli ini.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Julius Wiratno mengatakan realisasi lifting minyak hingga Juli 2020 rata-rata mencapai 706,74 ribu barel per hari (bph). Menurutnya, ini setara dengan 100,25% dari revisi APBN tahun ini yang sebesar 705 ribu bph. Namun jika dibandingkan dengan target awal APBN tahun ini yang dipatok 755 ribu bph, ini berarti realisasi lifting minyak sampai Juli hanya sekitar 93,6% .
Sementara realisasi salur (lifting) gas sampai dengan akhir Juli 2020 secara rata-rata mencapai 5.554 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 99,97% dari target revisi APBN tahun ini sebesar 5.556 MMSCFD. Namun jika dibandingkan dengan target awal APBN yang sebesar 6.670 MMSCFD, ini berarti capaian baru 83,26%.
Julius mengatakan masih rendahnya realisasi salur gas ini karena penyerapan gas oleh konsumen masih rendah sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
"Lifting gas memang masih di bawah sedikit karena memang penyerapan di end user (konsumen akhir) turun, karena mungkin efek Covid-19 ya," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (14/08/2020).
Sedangkan untuk lifting minyak, menurutnya ada peningkatan lifting pada Juli karena ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), unit usaha ExxonMobil Indonesia, yang mengoperasikan Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, berhasil meningkatkan produksi menjadi sekitar 227 ribu bph dari sebelumnya 220 ribu bph.
Meski demikian, produksi dari Blok Cepu ini menurutnya masih berpeluang naik, bahkan hingga 235 ribu bph. Hal ini tidak terlepas dari sudah disetujuinya izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan dikeluarkannya Persetujuan Layak Operasi (PLO) instalasi EMCL untuk tingkatkan produksi oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
"Masih sedang kami coba naikkan lagi seoptimal mungkin," ujarnya.
Bulan lalu SKK Migas telah melaporkan kinerja hulu migas selama semester I 2020. Lifting migas selama Januari-Juni tahun ini rata-rata mencapai 1,71 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), terdiri dari lifting minyak sebesar 713,3 ribu bph, atau 94,5% dari target APBN sebesar 755 ribu bph.
Sedangkan lifting (salur) gas selama semester I ini sebesar 5.605 MMSCFD, atau 84% dari target APBN sebesar 6.670 MMSCFD.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan industri migas mengalami tekanan yang luar biasa pada tahun ini, terutama karena anjloknya harga minyak dan gas di perdagangan internasional serta turunnya permintaan akibat pandemi Covid-19.
"Saya kira untuk kurun waktu sejak 2000-an, ini adalah kejatuhan yang paling dalam harga tersebut diikuti pandemi Covid-19 yang diteruskan pada tekanan konsumsi, sehingga kita mengalami banyak masalah dalam upaya kita mencapai kinerja yang semaksimum mungkin," katanya.
Dwi menilai harga minyak dan gas di dunia akan mengalami perbaikan di Semester II 2020. Hal itu sejalan dengan peningkatan pasokan dan permintaan dari berbagai negara utama produsen migas.
(wil/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Lifting Minyak RI Tahun Depan 660 Ribu Bph
