
Migas Buat Panas, Yunani & Turki 'Perang' Berebut Harta Karun

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki danĀ Yunani kini terlibat perselisihan pelik. Kedua negara berseteru soal eksplorasi gas di Laut Mediterania timur.
Yunani menuntut Turki agar menarik kapal penelitian mereka di perairan itu. Sejak awal pekan ini, Ankara mengirimkan kapal Oruc Reis yang dikawal militer Turki di lepas pulau Yunani Kastellorizo di perairan itu.
Yunani telah memperingatkan akan mempertahankan kedaulatan. Negara itu juga sudah mendesak Uni Eropa untuk menyelesaikan krisis.
Pada Kamis (13/8/2020), Yunani mengerahkan kapal perang memantau Turki. "Kami menantikan ... itikad baik," kata Perdana Menteri Yunani Mitsotakis, dalam sebuah pernyataan dikutip dari AFP.
Ia memastikan Anthena tak akan meningkatkan ketegangan. Namun provokasi harus dihentikan. Yunani meminta penarikan Oruc Reis dari landas kontinenya.
"Negara kami tidak pernah mengancam tetapi juga tidak akan mengalami upaya 'pemerasan', seperti ini" kata Mitsotakis.
![]() In this photo provided by the Turkish Defense Ministry, Turkey's research vessel, Oruc Reis, in red and white, is surrounded by Turkish navy vessels as it was heading in the west of Antalya on the Mediterranean, Turkey, Monday, Aug 10, 2020. Tension remains high between Greece and Turkey, whose warships are in the eastern Mediterranean where Turkey has sent a research vessel to carry out seismic research for energy resources in an area Greece says is on its continental shelf. (Turkish Defense Ministry via AP, Pool) |
Insiden itu adalah puncak terbaru dari eksplorasi energi di Mediterania timur yang kaya akan gas. Lokasi ini bukan hanya sumber perselisihan antara Turki dan Yunani, tapi juga Siprus dan Israel.
Dari pelacakan kapal Oruc Reis berada di tenggara pulau Kreta. Sebuah gambar resmi Turki menunjukkan kapal itu, yang akan melakukan aktivitas antara tanggal 10 dan 23 Agustus, dikawal oleh lima kapal perang.
Kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan akan memperkuat kehadiran militer Prancis di kawasan itu dengan kerja sama mitra Eropa termasuk Yunani.
Macron dalam panggilan dengan Yunani mengungkapkan keprihatinannya tentang ketegangan.
"Harus dihentikan untuk memungkinkan dialog damai antara negara-negara tetangga dan sekutu NATO," kata kepresidenan Prancis dalam sebuah pernyataan.
Yunani juga dikatakan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Wina, Jumat (14/8/2020).
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Turki pada Senin menyebut Oruc Reis masih dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Turki. Bahkan, menilai Yunani menghalagi Turki memperoleh hak-nya.
"Yunani membuat keributan besar atas aktivitas ini," kata pejabat senior Kementerian Luar Negeri Turki Cagatay Erciyes dikabarkan Anadolu.
Menurutnya klaim Yunani tak sesuai hukum internasional. Ini bertentangan dengan prinsip keadilan. Permintaan bantuan ke Uni Eropa dan AS pun disebut tak masuk akal.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
