Internasional
NATO Terbelah! Erdogan Ancam Perang dengan Negara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara NATO "terbelah". Turki bersitegang dengan sesama anggota aliansi itu, Yunani.
Hubungan antara keduanya dilaporkan kembali memanas sejak akhir pekan ini. Bahkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan memberikan pesan keras kepada Negeri Para Dewa itu.
Eskalasi kembali terjadi kala Ankara menuduh Athena telah menduduki Pulau Aegean. Pulau ini sendiri berstatus sebagai wilayah yang di demiliterisasi dan terletak di antara Yunani dan Turki.
Turki juga menuduh Yunani telah melakukan pelecehan terhadap militernya. Turki menyebut militer Yunani mengunci dua jet Turki yang sedang terbang dekat wilayah itu dengan rudal pertahanannya pada tanggal 22 dan 24 Agustus.
Erdogan pun memberikan ancaman. Dalam acara kedirgantaraan dan teknologi di provinsi Laut Hitam Samsun, ia mengatakan Athena harus kembali mengingat sejarah.
"Hey Yunani. Ingatlah sejarah. Jika Anda pergi terlalu jauh, harganya akan berat. Kami memiliki satu hal untuk dikatakan kepada Yunani: Ingat Izmir," katanya dalam acara tersebut dikutip Anadolu Agency dan Al-Jazeera, Senin (5/9/2022).
"Ketika saatnya tiba, kami akan melakukan apa yang diperlukan. Seperti yang kami katakan, tiba-tiba, kami mungkin datang tiba-tiba suatu malam," tambahnya.
Izmir sendiri merujuk pada perang antara Yunani dan Turki di tahun 1922. Saat itu, Turki berhasil merebut beberapa wilayah yang diduduki Yunani seperti Izmir.
Di kesempatan berbeda, Erdogan juga kembali menyentil peran Yunani. Khususnya dalam aliansi NATO.
Menurutnya, Yunani tak memiliki peran yang penting dalam aliansi itu. Sementara Turki merupakan kekuatan besar yang mengokohkan aliansi.
"NATO kuat jika Turki hadir. NATO tidak kuat tanpa Turki," tegasnya.
"Pendekatan negatif Yunani terhadap NATO tidak melemahkan hubungan Turki-NATO," tambah Erdogan lagi.
Yunani belum memberi konfirmasi. Namun sebelumnya di Juni, PM Yunani Kyriakos Mitsotakis mengatakan Turki yang selalu memprovokasi dan mengaku telah melaporkannya ke NATO.
"Saya menjelaskan kepada sekretaris jenderal bahwa perilaku seperti ini oleh sekutu NATO ... tidak dapat diterima," ujar Perdana Menteri (PM) Yunani Kyriakos Mitsotakis dikutip Al Jazeera, kala itu.
"Ini merusak keamanan Eropa serta persatuan ... NATO pada saat di antara anggota NATO sangat diperlukan bagi kita semua untuk tetap bersatu saat kita menghadapi agresi berkelanjutan Rusia di Ukraina."
Yunani dan Turki diketahui memiliki sejarah konflik teritorial yang cukup panjang. Meski keduanya merupakan anggota NATO, keduanya sempat datang ke ambang perang pada tahun 1996 akibat konflik teritorial di wilayah Aegean.
Selain itu, keduanya juga memiliki sengketa teritorial di wilayah Siprus Utara. Turki mengklaim itu merupakan bagian dari Republik Siprus Utara. Wilayah itu merupakan daerah yang mayoritas dihuni etnis Turki.
Di sisi lain, Yunani memandang wilayah itu sebagai bagian dari Republik Siprus. Republik Siprus sendiri juga sebenarnya sebuah negara yang dihuni mayoritas oleh warga berbahasa Yunani.
Erdogan Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Yunani, Ada Apa?
(sef/sef)