Bali Buka Lagi, Ini Curhatan Pengusaha Hotel

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
27 July 2020 18:37
Tourists wearing face masks carry their surfboard at Kuta beach, Bali, Indonesia on Thursday, July 9, 2020. Indonesia's resort island of Bali reopened after a three-month virus lockdown Thursday, allowing local people and stranded foreign tourists to resume public activities before foreign arrivals resume in September.(AP Photo/Firdia Lisnawati)
Foto: Pantai Kuta di Bali (AP/Firdia Lisnawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 menjadi pukulan keras bagi sektor pariwisata termasuk di Bali yang berencana buka lagi 31 Juli 2020. Ada yang membandingkannya dengan dampak pandemi covid-19 dengan peristiwa besar lainnya seperti Bom Bali I dan II.

Ketua DPD Indonesian Hotel General Manager Association IHGMA Bali I Nyoman Astama mengakui bahwa dampak pandemi covid-19 jauh lebih parah dibandingkan berbagai krisis lainnya. Pembukaan wisata domestik ke Bali pada 31 Juli 2020 memang jadi harapan pelaku usaha untuk bangkit tapi memang tak mudah.

"Memang kalau kita lihat, beberapa tantangan Bali dari 1991 sampai sekarang ini mulai dari Perang Teluk. Ada juga yang yang berhubungan sanitasi, kolera, tsunami, natural disaster, termasuk gunung meletus. Memang pandemi Covid-19 paling dahsyat, berpengaruh kepada perekonomian karena pandemi ini melanda seluruh dunia," kata Astama kepada CNBC Indonesia, Senin (27/07/2020).

Ia menjelaskan mengapa dampak pandemi covid-19 bisa begitu hebat dan berbeda dengan krisis yang lain. Pada masa pandemi saat ini, semua pihak mengalami kesulitan sama, sehingga sulit untuk saling membantu karena semua negara sedang terbatas akses mobilitasnya.

"Kemarin-kemarin baik natural disaster, teroris itu kan hanya di suatu tempat destinasi. Sementara destinasi lain yang merupakan sumber wisatawan masih ada untuk kita. Mereka malah empati, mereka cepat kembali karena mereka ingin bantu. Tapi yang sekarang terjadi keseluruhan global pandemi. Ini yang membuat sumber-sumber tamu mengalami hal sama. Mereka lebih utamakan international recovery-nya," jelasnya.

"Dengan pembatasan akses airline itu buat mereka nggak bisa datang ke sini. Kalaupun dibuka, kendala utama adalah trust. Ini yang memang dampak luar biasa pandemi. Kalau RO (Reproduction Number) di bawah 1 mungkin tumbuh kepercayaan mereka," lanjutnya.

Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster mengungkapkan wisata Bali sudah berpengalaman dalam menghadapi berbagai gangguan yang menyebabkan menurunnya tren kunjungan wisatawan. Pengalaman itu terjadi sejak beberapa tahun lalu dan sudah menjadi pembelajaran berharga. Namun, dampak pandemi Covid-19 kali ini lebih dahsyat bagi wisata Bali.

"Sesungguhnya Bali telah mengalami beberapa pengalaman, pertama kasus perang Irak, perang teluk, bom Bali 1, kasus SARS, bom Bali 2, kasus MERS, meletus Gunung Agung dan saat ini Covid-19. Dan di antara kejadian itu memberikan dampak negatif bagi pariwisata," jelas Wayan dalam dalam diskusi virtual Reaktivasi Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Memasuki Adaptasi Kebiasaan Baru, Rabu (22/07/2020).

Namun, ada yang berbeda dengan dampak dari kejadian Covid-19 ini. Di mana para pelaku usaha dan karyawan sudah sangat menjerit. Mereka kesulitan dalam memutarkan uangnya karena harus tertahan beroperasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

Jumlahnya tidak sedikit, pekerja pariwisata di Bali dengan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan koperasinya mencapai 1,1 juta orang. Termasuk kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto bali mencapai 53%.

"Tapi dampak negatif yang paling besar dan paling lama akibat munculnya pandemi Covid-19 saat ini yang sekarang sudah berjalan empat bulan lebih. Ini mengganggu pariwisata di Bali," jelas Wayan.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bali Dibuka: Turis Domestik 31 Juli, Turis Asing 11 September

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular