Efek Corona, Produksi Batu Bara RI Diramal Cuma 520 Juta Ton

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 July 2020 17:45
eskcavator dan batu bara
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - PandemiĀ Covid-19 berdampak pada anjloknya harga komoditas batu bara. Menyikapi penurunan harga komoditas Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebut beberapa produsen besar yang menjadi berencana memangkas produksi 15-20%.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasali mengatakan, pengurangan produksi saat ini menjadi opsi yang harus dilakukan. Sebab, terjadi ketidakseimbangan antara supply-demand di pasar dunia. Khususnya dari negara pemakai batu bara terbesar seperti China dan India.

"China dan India mengalami penurunan permintaan impor batu bara dan lebih mengutamakan penggunaan produksi batu bara dalam negeri. Negara-negara lain seperti Jepang, Korea dan Taiwan yang menjadi pemakai batu bara Indonesia juga mengalami penurunan permintaan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (27/07/2020).

Lebih lanjut, Rizal mengatakan, saat ini kondisinya masih kelebihan pasokan dampak turunnya permintaan dari China dan India. Bahkan permintaan year on year (yoy) turun 50%.

Ia mengatakan, opsi lain yang bisa dilakukan untuk bisa bertahan dengan melakukan efisiensi. Khususnya yang langsung berhubungan dengan operasional, misalkan penurunan stripping ratio (SR), memperpendek jarak angkut, dan lain-lain.

"Mencari market baru juga solusi, namun tidak berpengaruh banyak karena tidak bisa mengompensasi demand dari tujuan ekspor yang besar seperti China dan India," kata Rizal.

Ia menyebut beberapa analis memprediksi produksi batu bara RI akan mengalami penurunan tingkat produksi pada tahun 2020. Pemerintah RI telah menurunkan tingkat produksi dari 600 juta ton untuk tahun 2020 menjadi 550 juta ton. Beberapa perusahaan akan mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2020 untuk penyesuaian tingkat produksinya di tahun 2020.

"APBI meminta dilakukan pengurangan produksi sebesar 50 juta ton untuk tahun 2020 sebagai upaya menstabilkan harga ke tingkat yang wajar. Kami memperkirakan produksi akan berada di kisaran 500 juta-520 juta ton untuk tahun 2020. Hal ini juga dipengaruhi oleh penurunan pemakaian batu bara dalam negeri (DMO)," ujar Rizal.

Sebagai gambaran, Kementerian ESDM mencatat tahun lalu produksi batu bara mencapai 610 juta ton.

Dari sisi produksi Indonesia tidak mengalami masalah terutama akibat Covid-19. Hal itu dikarenakan perusahaan telah melakukan lock down dan menerapkan prosedur yang ketat untuk penularan Covid-19 ini di semua site operasinya.

"Namun, dari sisi permintaan yang terpengaruh karena adanya lockdown dan pemberhentian operasional pabrik-pabrik di negara tujuan ekspor batu bara Indonesia. Sehingga permintaan akan listrik berkurang," kata Rizal.

Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia mengatakan APBI berpandangan, usulan pemangkasan produksi ini sebagai sikap penurunan harga komoditas yang trennya terus melemah akibat oversupply.

Soal pemangksan, ia menyebut menjadi kebijakan masing-masing perusahaan. Ada yang akan meningkatkan produksi, ada juga yang tetap sesuai RKAB, serta ada pula yang ingin mengurangi produksi.

"Ada beberapa perusahaan terbuka (Tbk) yang sudah announce (mengumumkan) akan mengurangi produksi di 2020 seperti PTBA," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Sekretaris Perusahaan PT. Bukit Asam (PTBA) Apollonius Andwie mengatakan saat ini pihaknya masih terus mencermati perkembangan pasar, baik dari sisi permintaan maupun harga.

"Apabila nanti hasilnya menunjukkan perlu untuk dilakukan penyesuaian terhadap volume produksi, tentunya opsi tersebut akan kami lakukan," katanya.



(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China-India Perketat Impor, Pengusaha Batu Bara RI Putar Otak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular