
China-India Perketat Impor, Pengusaha Batu Bara RI Putar Otak

Jakarta, CNBC Indonesia - PandemiĀ Covid-19 membuat beberapa negara tujuan eksporĀ batu bara tanah air melakukan pembatasan impor. Bukan tanpa alasan, pembatasan aktivitas hingga lockdown, membuat konsumsi energi turun sehingga serapan batu bara tidak banyak.
"Mengoptimalkan kapasitas batu bara domestik mereka dan kedua karena stockpile mereka juga masih cukup seperti misalnya China ada kecenderungan mereka sedang membatasi kuota impor mereka. Negara-negara tujuan ekspor utama batu bara kita seperti China dan India itu sedang mengetatkan impor," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Baru Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia kepada CNBC Indonesia, Minggu (16/08/2020).
Tidak kehabisan akal, eksportir batu bara Indonesia mencoba melakukan upaya-upaya diplomasi. Pemerintah RI baik melalui kementerian terkait maupun juga Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) mengintensifkan diplomasi dengan China dan India.
Lebih lanjut, Hendra ia mengatakan, tujuannya adalah untuk memberikan kuota impor batu bara dari Indonesia lebih banyak lagi. Menurut dia, proses komunikasi saat ini masih terus berjalan dengan China melalui Duta Besar (Dubes) China untuk Indonesia.
"APBI bulan Juli lalu menggelar webinar dengan Dubes RI untuk India dan Dubes RI untuk RRT sebagai bagian dari upaya koordinasi pelaku usaha dan pemerintah terkait diplomasi," kata Hendra.
Menurut dia, pemerintah RI sudah berupaya meminta dukungan dengan pemerintah China untuk memberikan akses tambahan impor kuota bagi eksportir Indonesia. Apalagi tahun 2020 ini peringatan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
"Dan selama ini Indonesia eksportir batu bara terbesar untuk RRT dan harga jual batu bara kita kompetitif dan sudah beberapa tahun sampai saat ini kita juga pemasok batu bara yang reliable ke RRT dan negara-negara lain," kata Hendra.
Lebih lanjut, Ia mengatakan bisnis perusahaan tambang pada kuartal-II ini masih memiliki peluang baik. Hendra mengatakan, sektor pertambangan bergantung pada kebijakan negara tujuan ekspor.
"Ada pertanyaan mengenai produksi kita, mengenai impor demand (permintaan) China dan India, kalau bisa saya sampaikan sektor pertambangan sangat terkait dengan kebijakan negara tujuan ekspor kita," ujarnya.
Seperti diketahui, situasi sulit memang sedang menaungi batu bara dalam negeri. Baru-baru ini, Harga Batu Bara Acuan (HBA) Indonesia terus mencatatkan penurunan, situasi yang bertahan sejak April sampai dengan Agustus ini.
Terakhir, HBA pada Agustus hanya sebesar US$ 50,34 per ton, turun dari Juli US$ 52,16 per ton. HBA tertinggi pada tahun ini terjadi pada Maret yang mencapai US$ 67,08 per ton.
Anjloknya HBA dibarengi degan turunnya realisasi produksi batu bara, di mana angka produksi pada bulan Juli sebesar 41,11 juta ton, lebih rendah dari realisasi produksi pada Juni 2020 sebesar 46,36 juta ton, seperti dikutip dari Minerba One Data Indonesia (MODI), Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu (12/08/2020).
Berdasarkan data MODI per Rabu (12/08/2020), realisasi produksi batu bara Indonesia sejak Januari hingga Juli 2020 mencapai 322,9 juta ton atau 58,7% dari target produksi tahun ini yang dipatok 550 juta ton.
Menanggapi hal ini, Hendra menyebut kemungkinan target produksi yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 550 juta ton pada tahun ini bakal tercapai. Bagaimanapun, target produksi batu bara tahun ini masih lebih rendah dibandingkan realisasi produksi batubara pada 2019 sebesar 610 juta ton.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Corona, Produksi Batu Bara RI Diramal Cuma 520 Juta Ton