Gawat! Permintaan Turun Massal, Harga Batu Bara Drop 4%

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 August 2020 11:40
Coal barges are pictured as they queue to be pull along Mahakam river in Samarinda, East Kalimantan province, Indonesia, August 31, 2019. Picture taken August 31, 2019. REUTERS/Willy Kurniawan
Foto: Tongkang batubara di Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle selama sepekan ini terhitung bablas 4,3%, atau menghapus reli sepekan sebelumnya, menyusul kekhawatiran kian anjloknya pangsa pasar batu bara di negara maju dan China.

Pada Jumat (14/8/2020) harga kontrak berjangka teraktif batu bara di pasar New Castle ditutup menguat 0,6% ke US$ 50,9/ton. Namun kenaikan tersebut tidak cukup untuk mengompensasi koreksi beberapa hari sebelumnya akibat anjloknya permintaan.

Secara mingguan, harga batu bara terkoreksi 4,3% atau berbalik jika dibandingkan dengan kenaikan sepekan lalu yang sebesar 0,95% ketika sentimen temuan vaksin anti-corona Rusia memicu spekulasi ekonomi dunia akan pulih cepat dan memicu pemulihan permintaan energi.

Sepekan ini, kabar buruk bagi pasar batu bara datang dari konsumen utama dunia, yakni China, yang mencatat kenaikan stok. Harga batu bara domestik China, yakni Qinhuangdao FOB, turun 1,7% untuk minggu ini menjadi RMB 562/ton pada Jumat.

Harga turun setelah persediaan batu bara di Qinhuangdao, pelabuhan trans-pengiriman utama di China Utara, meningkat 14% dari 5,09 juta ton pada akhir minggu sebelumnya menjadi 5,78 juta ton pada 7 Agustus.

Dampak pembatasan impor batu bara China terlihat dari data impor batu bara China per Juli yang merosot 21% dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu menjadi 26,1 juta ton, menurut data Administrasi Umum Kepabeanan (7 Agustus).

Tak hanya di Asia, pelemahan pasar batu bara juga terjadi di Amerika Latin. Kolombia, di mana batu bara menjadi komoditas ekspor terbesar kedua, mencatat penurunan ekspor logam hitam itu. Reuters melaporkan bahwa ekspor Cerrejo, salah satu raksasa batu bara mereka pada semester I-2020 anjlok ke 9,5 juta ton atau yang terendah dalam 18 tahun.

Sentimen negatif lainnya juga datang dari AS. Energy Information Agency (EIA) memperkirakan konsumsi listrik Negeri Paman Sam bakal turun 3% tahun ini dibanding tahun lalu. Selain itu pangsa pasar batu bara juga diperkirakan turun.

EIA mengatakan pangsa pembangkit listrik menggunakan gas alam akan meningkat dari 37% pada 2019 menjadi 40% pada 2020 sebelum turun menjadi 35% pada 2021 mengikuti kenaikan harga gas. Baik nuklir maupun energi terbarukan akan menggantikan batu bara untuk pertama kalinya pada tahun 2020 ini.

Pangsa batu bara akan turun dari 24% pada 2019 menjadi 18% pada 2020 sebelum naik ke 22% pada 2021. Sementara itu pangsa nuklir naik dari 20% pada 2019 menjadi 21% pada 2020 dan 2021, dan penggunaan energi terbarukan naik dari 17% (2019) ke 20% (2020) dan 22% (2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular