Round Up Sepekan

Harga Batu Bara Gagal Tembus ke Level Psikologis Lagi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 November 2020 10:15
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia menguat tipis sepanjang pekan ini, melanjutkan reli yang terbentuk sepekan sebelumnya, tapi belum cukup kuat untuk kembali ke level psikologis 60 yang tercetak pada awal Oktober.

Harga batu bara termal acuan Newcastle untuk kontrak yang ramai ditransaksikan dibanderol di level harga US$ 59,25/ton pada akhir pekan ini, atau terhitung menguat 2% dari posisi penutupan pekan sebelumnya di US$ 58/ton. Reli ini melanjutkan tren sepekan sebelumnya yang menguat sebesar 0,9%.

Kenaikan harga batu bara terjadi bersamaan dengan rumor bahwa China akan mengurangi impor batu bara asal Australia, terutama untuk produsen baja dan perusahaan listrik di Negeri Panda, terkait ketegangan politik kedua negara.

Pengiriman dengan tujuan yang telah dikonfirmasi di China turun secara signifikan pada bulan September dan tetap tertekan pada bulan Oktober, tetapi semua pelabuhan utama menunjukkan lebih dari 1 juta pengiriman ke tujuan yang belum dikonfirmasi dalam kedua bulan tersebut.

Namun, reli dibatasi oleh masih lemahnya impor batu bara di Asia. Di Jepang, impor batu bara termal periode September dilaporkan turun 7% (yoy) menjadi 8,5 juta ton. Sepanjang 9 bulan tahun ini, impor batu bara Negeri Sakura drop ke level terendah sejak 7 tahun terakhir.

Secara akumulatif, pada Januari-September Kementerian Keuangan Jepang melaporkan impor batu hitam tersebut sebesar 78,5 juta ton, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 82,5 juta ton.

Akibatnya, kenaikan harga batu bara dua pekan terakhir Oktober belum cukup untuk membawa harga kembali ke level akhir September sebesar US$ 61,85/ton. Harga komoditas andalan nasional itu anjlok di 2 pekan pertama Oktober, menjadi US$ 57,5 per ton akibat kenaikan kasus Covid-19 di AS dan Eropa yang bisa memicu karantina wilayah (lockdown).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Batu Bara Sepekan Menguat 0,5%, Perpanjang Reli Jadi 3 Minggu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular