
AS Rusuh, Wali Kota Portland Ditembaki Gas Air Mata

Jakarta, CNBC Indonesia - Wali kota Portland Ted Wheeler terkena tembakan gas air mata akibat pecahnya kerusuhan di kota yang masuk negara bagian Oregon, Amerika Serikat pada Kamis pagi (23/7/2020) waktu setempat.
Berdasarkan video yang di-posting melalui Twitter oleh seorang jurnalis New York Times, Wheeler terlihat mengenakan kacamata dan masker di tengah kerumunan orang, sambil memegang hidung dan menutup mata saat gas air mata ditembakkan.
"Menyengat. Susah bernafas. Saya bisa memberitahumu dengan kejujuran 100%, saya tidak melihat apa pun yang memicu respon ini," kata Wheeler dalam video tersebut.
"Saya tidak takut tapi saya kesal."
Dilansir dari CNN International, belum diketahui saat ini siapa yang bertanggung jawab dalam mengerahkan gas air mata dan tidak ada yang mengindikasikan walikota menjadi sasaran. Polisi Portland mengatakan mereka tidak menggunakan gas CS, jenis gas air mata yang biasa digunakan.
Video itu muncul setelah Wheeler bergabung dengan para pengunjuk rasa untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan mereka dalam menanggapi bentrokan keras antara demonstran dan pasukan federal.
"Ini adalah pekerjaan yang tidak konstitusional," kata Wheeler kepada orang banyak.
"Taktik yang telah digunakan oleh perwira federal kita sangat menjijikkan. Mereka tidak bertindak dengan kemungkinan penyebabnya, orang-orang tidak diberi tahu dengan siapa mereka ditangkap, dan Anda telah ditolak hak-hak dasar konstitusionalnya."
![]() Portland Mayor Ted Wheeler speaks to Black Lives Matter protesters on Wednesday, July 22, 2020, in Portland, Ore. Late Wednesday Wheeler joined protesters at the front of the crowd and was hit with chemical irritants several times by federal officers dispersing demonstrators. (AP Photo/Noah Berger) |
Sebelumnya Presiden Donald Trump mengatakan pejabat federal dikirim ke kota untuk melindungi properti federal tetapi para pengunjuk rasa dan pemimpin setempat menentang kehadiran mereka. Demonstrasi gerakan Black Lives Matter ini sendiri telah berlangsung selama lebih dari 50 hari.
"Ini jelas merupakan pemborosan sumber daya federal dan semakin berbahaya," kata Wheeler kepada CNN.
"Kami tidak meminta FBI untuk berada di sini. Kami tidak ingin mereka ada di sini. Mereka tidak membantu situasi. Mereka tidak dilatih dengan tepat, dan kami menuntut mereka pergi."
Unjuk rasa gerakan Black Lives Matter ini sebelumnya mulai muncul kembali di Amerika, setelah salah satu warga Afrika-Amerika bernama George Floyd tewas usai lehernya ditekan oleh lutut Derek Chauvin, salah satu dari empat polisi Minneapolis kulit putih yang menahannya.
George ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu senilai US$ 20 (Rp 292 ribu) untuk membeli sebungkus rokok di toko kelontong Cup Foods.
Kematian George merupakan tragedi kemanusiaan yang memicu kemarahan publik, khususnya warga kulit hitam. Mereka yang berang terhadap perlakuan polisi yang rasis, mulai turun ke jalan dan berdemonstrasi, menuntut tindakan kebrutalan polisi dan pertanggungjawaban atas beberapa kematian warga kulit hitam di tangan mereka.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Rusuh! Warga Kulit Hitam Ditembak, Demo Lempar Bom Molotov
