Negeri K-Pop Kena Resesi, Kapan Bisa Bangkit Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 July 2020 11:42
Wabah Virus di Korea Selatan  (AP/Ahn Young-joon)
Foto: Wabah Virus di Korea Selatan (AP/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum lama ini datang kabar kurang sedap yaitu Singapura resmi mengalami resesi ekonomi akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Kini datang kabar serupa dari Korea Selatan.

Pada kuartal II-2020, pembacaan awal terhadap output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri K-Pop adalah terkontraksi alias tumbuh negatif -3,3% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ). Ini menjadi catatan terendah sejak 1998, kala itu Korea Selatan bernasib sama seperti Indonesia yaitu mengalami krisis ekonomi.

Pada kuartal I-2020, PDB Korea Selatan sudah terkontraksi -1,3% QtQ. Korea Selatan sudah memasuki resesi teknikal, kontraksi ekonomi secara QtQ terjadi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.

Kalau dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), ekonomi Negeri Ginseng tumbuh negatif -2,9%, juga yang terparah sejak 1998. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi masih bisa tumbuh 1,4% YoY. Oleh karena itu, Korea Selatan belum memasuki resesi yang hakiki karena ekonomi secara YoY belum negatif dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.

Korea Selatan sulit menghindari kontraksi ekonomi karena tingginya sumbangan ekspor terhadap PDB (walau tidak seekstrem Singapura). Tahun lalu, ekspor berkontribusi hampir 40% dalam pembentukan PDB.

Sebenarnya bukan virus corona yang membuat ekonomi lesu tak berdaya, tetapi cara penanganannya. Untuk meredam penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu, seluruh negara memberlakukan pembatasan sosial (social distancing) bahkan sampai ada yang menerapkan karantina wilayah (lockdown).

Intinya, aktivitas masyarakat dibatasi agar tidak mendekatkan jarak antar-manusia. Sebab semakin sekat jarak, kontak, dan interaksi, maka virus akan lebih mudah menular.

Saat masyarakat 'terpenjara' di rumah, permintaan menurun. Sejak awal kuartal II-2020 hingga pertengahan Mei, Baltic Dry Index ambles 37,22% point-to-point.

Ini menggambarkan arus perdagangan global sangat lemah karena permintaan memang anjlok. Jadi wajar kalau Korea Selatan sampai terkontraksi, meski tidak separah Singapura.

Hingga kuartal II-2020, Korea Selatan belum masuk ke resesi yang sejati. Penentuannya ada di kuartal III-2020, kalau sampai minus lagi secara YoY maka Korea Selatan secara sah dan meyakinkan masuk zona resesi.

Bagaimana prospek ekonomi Korea Selatan pada kuartal III-2020? Kalau melihat data ekonomi Juni, sebenarnya sudah ada perbaikan. Rasanya titik nadir sudah terlalui, dan kalau lancar maka ada harapan ekonomi bisa kembali tumbuh positif pada periode Juli-September 2020.

Indikator pertama yang menjadi sinyal pemulihan ekonomi Korea Selatan adalah Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur. IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Korea Selatan periode Juni 2020 ada di 43,4. Memang masih di bawah 50, menandakan dunia usaha belum ekspansif, tetapi naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 41,3.

Indikator kedua adalah penjualan ritel. Pada Mei, penjualan ritel di Korea Selatan tumbuh 1,72% YoY. Ini menjadi pertumbuhan pertama setelah tiga bulan beruntun terkontraksi.

Indikator ketiga adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Juni, IKK Korea Selatan berada di 81,8. Belum di atas 100, artinya konsumen belum percaya diri menghadapi situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang, tetapi menjadi yang tertinggi sejak Februari.

Tiga indikator tersebut mencerminkan bahwa ekonomi Korea Selatan mulai bergeliat lagi. Ini tidak lepas dari pelonggaran social distancing secara bertahap sehingga masyarakat bisa berkegiatan kembali meski tetap harus mematuhi protokol kesehatan.

Pelonggaran social distancing bisa dilakukan karena penyebaran virus corona sempat melambat. Nah, masalahnya sekarang ada tendensi kasus corona kembali menggila.

"Di daerah perkotaan, gelombang serangan pertama adalah pada Februari-April. Kemudian kita akan melihat gelombang serangan kedua yang disebabkan oleh musim liburan yang terjadi pada Mei," tegas Jeong Eun-kyeong, Direktur Korea Centers for Disease Control and Prevention, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Akibatnya, social distancing kembali diberlakukan di sejumlah wilayah dalam skala yang lebih kecil. Misalnya di Kota Gwangju.

"Kota Gwangju efektif memberlakukan peningkatan pembatasan sosial ke level dua. Pertemuan di ruangan tertutup dibatasi di bawah 50 orang dan di ruang terbuka di bawah 100 orang," tegas Chung Sye-kyun, Perdana Menteri Korea Selatan, dikutip dari Reuters.

Kejadian seperti ini bukan hanya di Gwangju tetapi juga di kota dan negara lain. Pemerintah setempat kembali memberlakukan mini-lockdown karena kasus corona melonjak lagi.

Jika hal ini terjadi secara massal dan dalam kurun waktu cukup lama, maka permintaan dunia belum bisa pulih dengan cepat. Artinya, ekonomi Korea Selatan juga masih akan tertekan dan bukan tidak mungkin jatuh ke jurang resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ottoke Oppa! Covid Korsel 'Meledak' Lagi, Rekor 3.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular