
Duh! Data Perdagangan Korsel Ungkap Tanda-tanda Resesi Global

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor Korea Selatan pada Juni 2022 tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari 1,5 tahun karena melonjaknya inflasi global yang melemahkan permintaan barang-barang Korea di luar negeri, memperlebar kesenjangan perdagangan, dan memicu kekhawatiran tentang resesi global.
Adapun, ekspor Korea Selatan bisa menandakan kondisi perekonomian global karena negara tersebut menjadi salah satu eksportir terbesar untuk barang-barang manufaktur seperti cip dan otomotif dan berperan penting dalam rantai pasokan global.
Data Kementerian Perdagangan Korsel menunjukkan ekspor naik 5,4% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 57,73 miliar. Kenaikan tersebut lebih tinggi dari proyeksi dalam jajak pendapat Reuters sebesar 3,8%, tetapi tetap menjadi kenaikan paling lambat sejak November 2020.
Sementara itu, impor melonjak 19,4% menjadi US$ 60,20 miliar karena melambungnya harga energi yang menaikkan biaya impor. Alhasil, neraca perdagangan Korsel tercatat senilai US$ 2,47 miliar, terbesar sejak Januari tahun ini.
"Kami kemungkinan besar akan melihat beberapa kelanjutan defisit perdagangan untuk saat ini karena harga komoditas melonjak," kata Chun Kyu-yeon, seorang ekonom di Hana Financial Investment, dikutip Reuters, Jumat (1/7/2022).
Pada pertemuan dengan para eksportir, Menteri Keuangan Choo Kyung-ho mengatakan kondisi ekspor untuk paruh kedua tetap sulit karena lonjakan harga komoditas, terganggunya rantai pasokan, dan pergerakan mata uang yang fluktuatif.
Itu menjadi pertanda buruk bagi seluruh dunia dan meningkatkan kekhawatiran yang berkembang tentang resesi global di tengah kenaikan suku bunga yang cepat di banyak negara untuk meredam inflasi.
"Bahkan ketika China menghapus pembatasan Covid-nya, itu hampir tidak akan menambah peningkatan permintaan karena secara keseluruhan, volume perdagangan global melemah," kata Chun.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Perdagangan Korsel Ungkap Tanda-Tanda Resesi Global