
Korsel Selamat dari Jurang Resesi, Ekonomi Q2 Tumbuh 0,6%

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Korea Selatan (Korsel) berhasil menghindari resesi teknis setelah mencatat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,6% pada kuartal II-2025 dibanding kuartal sebelumnya. Mengutip data awal dari Bank of Korea (BOK) pada Rabu (23/7/2025), angka ini melampaui ekspektasi pasar sebesar 0,5% dan membalikkan kontraksi 0,2% yang terjadi pada kuartal pertama.
Secara tahunan, PDB Korsel naik 0,5%, lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 0,4%. Ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan 0% yang tercatat pada kuartal I.
BOK menyebutkan lonjakan ekspor menjadi faktor utama pemulihan, dengan ekspor barang dan jasa meningkat 4,2% secara kuartalan. Sektor semikonduktor, produk minyak bumi, dan bahan kimia menjadi pendorong utama pertumbuhan ekspor.
"Ekspor neto merupakan pendorong utama pertumbuhan," ujar Louise Loo, Kepala Ekonom Asia di Oxford Economics, seperti dikutip CNBC International pada Kamis (24/7/2024).
Loo mencatat bahwa volume ekspor melonjak pada laju tercepat sejak kuartal III-2020. Hal itu seiring percepatan pengiriman menjelang potensi penyesuaian kebijakan perdagangan AS.
Namun, sejumlah analis memperingatkan bahwa tekanan eksternal masih membayangi. Shivaan Tandon, ekonom pasar di Capital Economics misalnya.
Ia mengatakan meskipun permintaan untuk perangkat keras terkait AI dapat menopang ekspor semikonduktor, sektor ekspor lainnya kemungkinan akan menghadapi tekanan. "Akibat perlambatan perdagangan global dan risiko tarif," tambahnya.
Saat ini, Korsel tengah mengupayakan kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS). Jika tidak tercapai sebelum 1 Agustus, ekspor Negeri Ginseng ke AS berpotensi dikenakan tarif hingga 25%.
Reuters melaporkan bahwa negosiasi tarif antara kedua negara terhambat setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengalami konflik jadwal, yang membuat pembicaraan dengan Menteri Keuangan Korsel Koo Yun-cheol tertunda. Namun, pertemuan lanjutan dijanjikan akan dilakukan "sesegera mungkin".
Menurut data Bank Dunia, ekspor barang dan jasa menyumbang sekitar 44% dari PDB Korsel pada 2023. AS sebagai pasar ekspor terbesar kedua.
Permintaan Domestik Masih Lemah
Dari sisi domestik, konsumsi secara keseluruhan, yakni gabungan dari belanja pemerintah dan rumah tangga, naik 0,7% dari kuartal sebelumnya. Pengeluaran pemerintah tumbuh 1,2%, terutama didorong oleh peningkatan anggaran pelayanan kesehatan, sementara konsumsi swasta meningkat 0,5%, ditopang oleh pengeluaran untuk kendaraan dan rekreasi.
Namun, pemulihan konsumsi belum mampu mengimbangi pelemahan di sektor konstruksi dan investasi peralatan. Oxford Economics memproyeksikan ekonomi Korea Selatan hanya akan tumbuh 0,8% secara tahunan pada 2025, yang akan menjadi laju paling lambat sejak 2020.
"Permintaan domestik menunjukkan tanda-tanda pemulihan, tetapi tidak cukup kuat untuk menopang momentum pertumbuhan," kata Loo dari Oxford Economics.
"Laju pertumbuhan ini kemungkinan tidak berkelanjutan. Hambatan dari sektor investasi dan ekspor non-AI akan membatasi ruang untuk ekspansi," tambahnya.
BOK Diprediksi Akan Pangkas Suku Bunga
Dengan proyeksi pertumbuhan yang lemah dan inflasi yang masih relatif terkendali, para analis memperkirakan Bank of Korea akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Inflasi Korea Selatan tercatat sebesar 2,2% pada Juni, sedikit di atas target bank sentral sebesar 2%. Namun, dalam pertemuan terakhir pada 10 Juli, BOK memilih menahan suku bunga untuk menjaga stabilitas keuangan.
"Bank sentral kemungkinan akan bergeser ke arah pelonggaran moneter dalam beberapa bulan mendatang jika tekanan pertumbuhan berlanjut," tutup Loo.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Muncul Fenomena Baru di Korsel, Benda Mati Miliki Panggilan Anak
