Singapura Lebih Rentan Resesi Ketimbang RI, Percaya Nggak?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 July 2020 13:46
Singapore currency notes are seen through a magnifying glass among other currencies in this photo illustration taken in Singapore April 12, 2013. REUTERS/Edgar Su
Ilustrasi Dolar Singapura (REUTERS/Edgar Su)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, kabar mengejutkan datang dari Singapura. Ekonomi Negeri Singa mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) yang sangat dalam.

Ekonomi Singapura mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif -12,6% pada kuartal II-2020. Dengan kontraksi -0,3% pada kuartal sebelumnya, maka Singapura sudah resmi jatuh ke jurang resesi.

Kontraksi -12,6% adalah yang terdalam sepanjang sejarah Singapura. Rekor sebelumnya adalah pada kuartal I-2009.

"Kami memperkirakan terjadi kontraksi dalam pada kuartal II-2020. Namun tidak menyangka separah ini," ujar Steve Cochrane, Ekonom Moody's Analytics, seperti dikutip dari Reuters.

Apa yang membuat ekonomi Singapura bisa menyusut begitu parah? Itu karena ketergantungan yang teramat tinggi terhadap ekspor.

Pada 2019, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura adalah 104,91%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia.

Bahkan dengan rasio yang sangat tinggi itu sebenarnya sudah turun. Sudah jauh dibandingkan posisi puncak pada 2006 yang mencapai 183,8%.

Perekonomian yang bergantung kepada ekspor punya sisi positif dan negatif. Positifnya, ekonomi bisa tumbuh kencang dalam situasi normal. Negara seperti Singapura yang sudah terintegrasi erat ke rantai pasok dunia (global supply chain) akan ketiban durian runtuh saat ekonomi sedang bergairah.

Ini yang membuat negara seperti Indonesia sulit untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Rasio ekspor terhadap PDB Indonesia hanya belasan persen, belum menjadi pemain kunci di global supply chain. Jadi saat ekonom dunia bersemi, Indonesia ya begini-begini saja.

Baca: Kenapa Sih Ekonomi RI Selalu Mentok di 5%, Kapan Meroketnya?

Negatifnya, negara seperti Singapura akan terpukul sangat dahsyat ketika ekonomi global bermasalah. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) lebih dari cukup untuk membuat permintaan dunia ambles.

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mencatat volume perdagangan global pada kuartal I-2020 turun -3% dan pada kuartal II-2020 diperkirakan ambles lebih dalam menjadi -18,5%. Sepanjang 2020, volume perdagangan diperkirakan terkontraksi -13% dan bahkan bisa sampai -32%.

Sebaliknya, negara seperti Indonesia yang mengandalkan konsumsi domestik untuk bertahan hidup justru bisa berkinerja lebih baik. Buktinya, ekonomi Tanah Air masih bisa tumbuh 2,97% pada kuartal I-2020 saat negara-negara lain berkubang di teritori negatif.

Dengan populasi yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia sebenarnya relatif lebih aman dari resesi. Asal warga +62 masih bisa makan, ekonomi tidak jatuh-jatuh amat. Butuh kejadian yang sangat keterlaluan seperti krisis ekonomi 1998 atau pandemi virus corona untuk membuat ekonomi Indonesia jadi minus.

Nah, dalam situasi yang sangat tidak biasa akibat pandemi virus corona, ekonomi Singapura akan sangat terpukul. Bahkan Morgan Stanley memperkirakan Singapura menjadi salah satu negara yang pulih paling belakangan akibat pandemi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan & Skenario Ekonomi RI Tumbuh 5% di 2021, Percaya??

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular