Internasional

'Korban' Baru Perang Rusia & Ukraina: Korsel

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
01 February 2023 15:30
Warga Korea Selatan memberi tiga sorakan kepada negara itu saat mereka berbaris dalam rapat umum untuk memperingati seratus tahun Gerakan Kemerdekaan Pertama Maret melawan pemerintah kolonial Jepang (1910-45), di Seoul, Korea Selatan, Jumat, 1 Maret 2019. (AP / Ahn Young-joon) Foto: Warga Korea Selatan memberi tiga sorakan kepada negara itu saat mereka berbaris dalam rapat umum untuk memperingati seratus tahun Gerakan Kemerdekaan Pertama Maret melawan pemerintah kolonial Jepang (1910-45), di Seoul, Korea Selatan, Jumat, 1 Maret 2019. (AP / Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina tak hanya memiliki dampak di wilayah Eropa namun juga di Asia. Salah satu negara Asia yang jadi 'korban' adalah Korea Selatan (Korsel).

Pada Rabu, (1/2/2023), Korsel mencatat defisit perdagangan sebesar US$ 47,5 miliar atau Rp 711 triliun untuk tahun 2022. Ini menandai defisit perdagangan terburuk sejak badan tersebut mulai mengumpulkan data pada tahun 1956 dan jauh lebih besar dari defisit perdagangan US$ 20,6 miliar pada tahun 1996.

Tak hanya dalam tahun 2022, ekspor pada bulan Januari 2023, turun 16,6% atau US$ 46,3 miliar. Impor juga mengalami pelemahan 3,6% menjadi US$ 59 miliar.

"Ada beberapa harapan bahwa ekonomi dunia tidak akan menghadapi situasi sesulit yang diharapkan berkat pembukaan kembali China dan pertumbuhan tak terduga dari ekonomi sekitarnya," kata Menteri Ekonomi dan Keuangan Korsel Choo Kyung Ho dalam pertemuan dengan para pejabat dikutip CNBC International.

Choo menyebut melebarnya defisit perdagangan yang terlihat di bulan Januari disebabkan oleh beberapa faktor seperti energi dan chip. Diketahui, untuk energi, terjadi peningkatan harga-harga bahan bakar pasca perang Rusia-Ukraina yang menghambat kegiatan perekonomian di Negeri Ginseng.

Sementara itu, Korsel yang merupakan salah satu pemain besar chip komputer, mengalami penurunan ekspor semikonduktor hingga 45%. Ini dikarenakan melambatnya permintaan dan jatuhnya harga chip global.

Data ini sendiri dirilis tak lama setelah raksasa elektronik Samsung melaporkan bahwa keuntungannya untuk kuartal terakhir anjlok hampir 70%. Samsung mengatakan harga chip turun tajam di tengah melemahnya permintaan karena klien menyesuaikan inventaris mereka dalam menghadapi 'ketidakpastian yang semakin dalam' dalam ekonomi global.

Pada hari Rabu, SK Hynix, pembuat chip utama Korsel lainnya, melaporkan kerugian operasional sebesar US$ 1,4 miliar atau setara Rp 20 triliun untuk periode Oktober-Desember 2022.

"Dengan ketidakpastian yang masih ada, kami akan terus mengurangi investasi dan biaya, sambil mencoba meminimalkan dampak penurunan dengan memprioritaskan pasar dengan potensi pertumbuhan tinggi," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan dikutip Washington Post.

Pelemahan permintaan sendiri digambarkan Dana Moneter Internasional (IMF) pada briefing World Economic Outlook sebagai dampak oleh melemahnya daya beli karena kenaikan suku bunga yang diterapkan bank sentral dunia. Ini sebenarnya merupakan salah satu langkah untuk menekan inflasi tinggi yang menghantam dunia akibat kenaikan harga energi pasca Perang Rusia-Ukraina.

Dalam prediksinya, IMF mencatat inflasi global diperkirakan turun dari 8,8% pada tahun 2022 menjadi 6,6% pada tahun 2023 dan 4,3% pada tahun 2024. Ini disebabkan pengetatan suku bunga yang berhasil mengendalikan kenaikan harga energi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Saksi Cerita Ngerinya Halloween Itaewon Tewaskan 151 Orang


(sef/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading