
Lebih Parah dari Krisis 98, Bisnis Bioskop 2020 Paling Suram

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 membuat bisnis pengusahaan bioskop di tanah air tertekan karena harus tutup berbulan-bulan konsekuensi kebijakan PSBB.
Hal ini diakui Head of Corporate Communications & Brand Management Cinema XXI Dewinta Hutagaol. Sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia perbioskopan, Cinema XXI tak luput dari tekanan akibat dampak pandemi Covid-19. Cinema XXI berada di bawah naungan PT Nusantara Sejahtera Raya berdiri sejak tahun 1987.
Selama 32 tahun berdiri, per Januari 2020 Cinema XXI menghadirkan 1.182 layar di 218 lokasi bioskop yang tersebar di 52 kota di seluruh Indonesia. Semua capain itu kini mendapat ujian setelah pandemi Covid-19 merajalelanya. Cinema XXi sudah melewati beberapa krisisi dari 1998 hingga 2008, tapi kali ini paling terberat.
"Bagi kami, kondisi saat ini adalah kondisi tersulit yang perusahaan alami sejak masa berdirinya," kata Dewinta Hutagaol kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/7/20).
Pandemi Covid-19 membuat pertunjukan di bioskop harus dihentikan. Namun, mandeknya operasional tak lantas membuat beban perusahaan menjadi ikut berkurangnya.
"Karena meski belum menjalankan kegiatan operasional seperti semula, Perusahaan tetap menyelesaikan berbagai kewajiban (biaya rutin) seperti gaji, BPJS, biaya perawatan seluruh studio dan sejumlah tanggung jawab lain," ujarnya.
Kini, angin segar berhembus setelah seiring dengan rencana operasi bioskop-bioskop di tanah air mulai 29 Juli 2020. Dia berharap, kondisi ekonomi kembali bergeliat sehingga industri hiburan terutama bisnis bioskop kembali bergairah.
"Mari kita bersama-sama berdoa dan berharap agar kondisi berangsur membaik sehingga kegiatan perniagaan dan jasa dapat kembali seperti sediakala dan perekonomian dapat stabil," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article XXI Sampai CGV Bertumbangan: Bioskop Mati Segan, Hidup Susah!