
Semangat, 'Hilal' Kebangkitan Ekonomi RI Makin Terlihat!

Data ini menggambarkan bahwa ekonomi Tanah Air mulai bergeliat. 'Hilal' pemulihan ekonomi mulai terlihat.
Dari sisi ekspor, sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing mencatatkan pertumbuhan 34,36% YoY dan 7,09% YoY. Ekspor migas dan pertambangan memang masih turun, masing-masing -18,52% YoY dan -17,05% YoY, tetapi itu lebih karena koreksi harga.
Dalam setahun terakhir, harga minyak jenis brent (yang mendekati harga minyak mentah Indonesia) ambrol -35,24%. Sementara harga batu bara (komoditas pertambangan utama) rontok 25,84%.
"Ekspor Juni memang menggembirakan. Semoga peningkatan tidak hanya terjadi pada Juni, tetapi juga bulan-bulan berikutnya," kata Suhariyanto, Kepala BPS.
Sementara di sisi impor, barang konsumsi membukukan kenaikan yang impresif yaitu 37,15% YoY. Ini menjadi pertanda bahwa konsumsi masyarakat meningkat usai dipermak habis-habisan akibat #dirumahaja selama berbulan-bulan.
"Sejak WFH (Work from Home) pada pertengahan Maret, aktivitas masyarakat di tempat tinggal meningkat di tempat tinggal meningkat sebaliknya di tempat kerja menurun. Sejak WFO (Work from Office) secara bertahap pada 5 Juni, aktivitas di tempat kerja meningkat tetapi belum pulih, sebaliknya aktivitas di rumah menurun. Bahkan mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari pada Juni hampir mendekati normal, mendekati posisi sebelum WFH," ungkap Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.
![]() |
Sementara impor bahan baku/penolong masih mengalami kontraksi -13,27% YoY pada Juni. Memang turun, tetapi jauh lebih baik ketimbang Mei yang rontok -43,03%.
Meski impor bahan baku masih turun, tetapi ada kabar baik yakni impor barang modal sudah tumbuh positif 2,63% YoY. Menandakan dunia usaha sudah mendatangkan barang modal untuk meningkatkan produksi.
"Misalnya ada impor beberapa mesin wrapping dari Jerman. Kenaikan impor ini akan meningkatkan industri manufaktur," kata Kecuk.