
Kabar Baik dari China, Masih Ampuh Angkat Harga Batu Bara

Jakarta, CNBC Indonesia - Beredar kabar yang menyebutkan otoritas China berpotensi melakukan relaksasi terhadap larangan impor batu baranya. Tentu ini menjadi sentimen positif di pasar yang mampu mendongkrak harga sumber energi primer ini.
Selasa (14/7/2020) harga batu bara untuk kontrak yang ramai ditransaksikan menguat 1,65% ke US$ 55,4/ton. Sebelumnya harga batu bara ditutup di US$ 54,5/ton pada perdagangan Senin (13/7/2020).
Data Refinitiv menunjukkan, harga batu bara acuan Newcastle dengan nilai kalori 6,322 kCal GAR spot FOB turun 0,1% pekan lalu ke US$ 52,4/ton. Ketika harga batu bara acuan Newcastle turun, harga batu bara patokan China justru mengalami kenaikan.
Pada saat yang sama pekan lalu, harga batu bara domestik China untuk acuan Qinhuangdao diperdagangkan di RMB 592 atau US$ 85,43/ton. Harga ini jauh lebih tinggi dari harga batu bara Newcastle.
Pada kondisi normal harga batu bara domestik yang lebih tinggi akan memicu perusahaan utilitas Negeri Tirai Bambu akan mengimpor lebih banyak batu bara dari luar. Namun sempat terdengar kabar bahwa di paruh kedua tahun ini, China akan mulai membatasi impor batu baranya dan beralih ke pasokan domestik.
Harga batu bara domestik China yang sudah sangat tinggi akibat naiknya permintaan dan pasokan yang terbatas membuat laba perusahaan utilitas tergerus.
Mengutip Argus Media, Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) dikabarkan berpeluang untuk melonggarkan kuota impor batu bara Negeri Tirai Bambu seiring dengan tingginya harga batu bara domestik yang turut menggerus laba perusahaan utilitas.
Harga batu bara domestik Negeri Panda telah terkerek naik oleh peningkatan permintaan saat musim panas, kuota impor yang mulai kadaluwarsa dan pemangkasan output domestik.
Kuota impor pada beberapa pelabuhan China sudah kadaluwarsa untuk tahun 2020 ini, sehingga memaksa perusahaan utilitas untuk bertumpu pada pasokan domestik untuk restocking.
Impor batu bara nasional China telah mencapai 148,71 juta ton pada lima bulan pertama tahun ini. Volume ini naik 17% dibanding periode yang sama sebelumnya. Namun impor mulai melambat pada Mei ketika China membatasi kuota impor sebesar 22,06 juta ton dan membuatnya turun 20% dari periode tahun lalu.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi NDRC karena harus mempertimbangkan perusahaan tambang batu bara domestik sekaligus perusahaan utilitas lokal. NDRC kini mendorong para produsen untuk meningkatkan produksinya guna memenuhi permintaan yang tinggi.
Pelaku pasar kini menunggu kepastian dari kabar yang beredar ini. Jika memang benar NDRC akan melakukan relaksasi impor, maka kebijakan ini akan membuat harga batu bara terkerek naik (bullish factor).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020