
Harga Batu Bara Mendadak Labil, Seperti Naik Roller Coaster

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih bergerak volatile pada pekan ini. Pada perdagangan Rabu (5/4/2023), harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 209,5 per ton. Harganya naik 2,37%.
Penguatan harga batu bara kemarin menjadi pembalikan arah setelah pasir hitam tumbang 3,47% pada Selasa (4/4/2023).
Dalam sepekan terakhir atau lima hari perdagangan terakhir, harga batu bara naik sebanyak tiga hari tetapi turun dua hari.
Harga batu bara sempat jeblok pada Februari hingga awal Maret sehingga harganya jatuh ke bawah US$ 200 per ton sejak 27 Februari 2023.
Harganya kembali naik ke level US$ 200 pada Senin pekan ini.
Labilnya pergerakan harga batu bara disebabkan oleh sikap wait and see pembeli terhadap kondisi China, prakiraan cuaca Eropa, keputusan OPEC+, hingga harga gas.
Kenaikan harga batu bara kemarin masih ditopang oleh mulai meningkatnya permintaan China serta dampak keputusan OPEC+ yang memangkas produksi minyak.
Seperti diketahui, Tiongkok diperkirakan mengimpor batu bara sebanyak 26,82 juta ton pada Maret 2023, tertinggi sejak Januari 2017.
Jumlah tersebut melonjak 41% dibandingkan bulan sebelumnya dan melesat 70% dibandingkan Maret 2022.
Impor China diharapkan terus meningkat sejalan dengan dibukanya kembali perbatasan serta pelonggaran kebijakan Covid-19.
Namun, pelaku pasar masih menunggu laju industri baja Tiongkok. Selama industri tersebut belum melonjak maka permintaan batu bara kokas tidak akan melesat.
Sementara itu, keputusan negara eksportir minyak OPEC+, Arab Saudi, dan Rusia yang memangkas produksi minyak dikhawatirkan akan membuat pasokan energi fosil menurun.
Batu bara yang merupakan sumber energi alternatifpun harganya ikut naik.
Di satu sisi, pelaku pasar juga masih menunggu permintaan dari India. Impor dari India seharusnya melonjaknya pada bulan ini untuk persiapan musim panas hingga Juni mendatang.
Semula April diperkirakan akan menjadi puncak konsumsi listrik. Namun, data terbaru justru menunjukkan jika konsumsi listrik pada April sejauh ini ada di bawah 185-Giga Watt (GW). Padahal, pemerintah memperkirakan konsumsi akan melonjak hingga 230 GW.
Pasokan batu bara di pembangkit kini justru meningkat menjadi 37,1 juta ton pada 4 April, naik 9,48% dibandingkan periode yang sama bulan lalu.
India sudah mengimpor batu bara sebanyak 2,2 juta ton atau naik 25% (month to month/mtm) pada Februari 2023. Produksi mereka juga naik 7,66% (mtm) menjadi 2,2 juta on pada bulan yang sama.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?